Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktivis Perempuan Afghanistan: Hanya Tuhan yang Tahu Kekejaman Taliban yang Tak Dilaporkan

Kompas.com - 13/09/2022, 13:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Guardian

KABUL, KOMPAS.com - Seorang pakar PBB telah menggambarkan “penindasan yang mengejutkan” terhadap perempuan dan anak perempuan di Afghanistan.

Hal ini pun disetujui aktivis perempuan Taliban, yang ikut dalam pertemuan.

Yang terbaru, misi PBB di negara itu menuduh pihak berwenang Taliban melecehkan karyawan perempuan Afghanistannya.

Dilansir Guardian, dalam sebuah pernyataan pada hari Senin (12/9/2022), misi PBB menggambarkan “pola yang muncul dari pelecehan terhadap staf wanita PBB Afghanistan oleh otoritas de facto."

Baca juga: Pejabat Taliban Mengakui Hak Perempuan dalam Islam, Kenapa Belum Ada Perubahan?

"Tiga wanita Afghanistan yang bekerja untuk PBB baru-baru ini ditahan sebentar dan diinterogasi oleh orang-orang bersenjata Taliban,” kata PBB.

PBB pun menyerukan segera diakhirinya semua tindakan "intimidasi dan pelecehan yang menargetkan staf wanita Afghanistan".

Mereka juga mengingatkan otoritas lokal akan kewajiban mereka di bawah hukum internasional untuk menjamin keselamatan dan keamanan semua personel PBB yang beroperasi di Afghanistan.

Baca juga: Taliban Rayakan Setahun Penarikan Tentara AS, Kembang Api Hiasi Langit Afghanistan

Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Taliban Senin malam membantah bahwa pihak berwenang setempat telah menahan karyawan PBB.

Insiden itu terjadi ketika Richard Bennett, pelapor khusus PBB tentang situasi hak asasi manusia di Afghanistan, menyerukan perubahan radikal.

“Kemunduran parah hak-hak perempuan dan anak perempuan, pembalasan yang menargetkan lawan dan kritikus, dan tindakan keras terhadap kebebasan berekspresi oleh Taliban sama dengan penurunan menuju otoritarianisme,” katanya dalam pertemuan Dewan Hak Asasi Manusia.

Duta Besar Afghanistan Nasir Ahmad Andisha, yang mewakili pemerintah yang digulingkan, melangkah lebih jauh, menggambarkan “apartheid gender” di negara itu.

Beberapa wanita Afghanistan yang juga berbicara dalam pertemuan yang sama, termasuk aktivis hak Mahbouba Seraj, mendesak dewan beranggotakan 47 orang untuk membentuk mekanisme untuk menyelidiki pelanggaran.

Baca juga: Taliban Dekati Rusia untuk Bisa Beli Gandum, Gas, dan Minyak

“Hanya Tuhan yang tahu kekejaman macam apa yang tidak dilaporkan,” katanya kepada ruangan yang penuh dengan diplomat PBB di Jenewa.

“Dan saya ingin itu dilaporkan karena ini tidak benar. Dunia harus tahu, ini tidak benar. Tolong, tolong, Anda harus melakukan sesuatu tentang itu,” tambahnya.

Setahun setelah Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan, gadis remaja masih dilarang sekolah dan perempuan diwajibkan untuk menutupi diri mereka dari kepala sampai kaki di depan umum, dengan hanya memperlihatkan mata mereka.

Kelompok garis keras tampaknya memegang kekuasaan dalam pemerintahan yang dipimpin Taliban, yang memberlakukan pembatasan ketat pada akses ke pendidikan dan pekerjaan untuk anak perempuan dan perempuan, meskipun janji awal sebaliknya.

Baca juga: Taliban: Pakistan Izinkan Drone AS di Wilayah Udaranya untuk Masuk Afghanistan

Asisten Sekretaris Jenderal Hak Asasi Manusia, Ilze Brands Kehris, mengatakan bahwa sekitar 850.000 anak perempuan sejauh ini telah putus sekolah, menempatkan mereka pada risiko pernikahan anak dan eksploitasi ekonomi seksual.

Pada hari Sabtu (10/9/2022), di provinsi Paktia, Afghanistan timur, otoritas Taliban menutup lima sekolah perempuan di atas kelas enam yang dibuka sebentar setelah rekomendasi oleh para tetua suku dan kepala sekolah.

Awal bulan ini, empat sekolah perempuan di Gardez, ibu kota provinsi, dan satu di distrik Samkani mulai beroperasi tanpa izin resmi dari kementerian pendidikan Taliban.

Pada hari Sabtu, kelima sekolah sekali lagi ditutup oleh pihak berwenang.

Baca juga: Setahun Taliban Kuasai Afghanistan, Upaya Memulihkan Ekonomi Belum Berhasil

PBB sejauh ini telah berulang kali mendesak Taliban untuk memastikan penghormatan terhadap hak asasi manusia internasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Internasional
Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Global
Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Global
Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com