Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Ratu Elizabeth II dan Kemeriahan Simbolik Sisa-sisa Kejayaan Imperial

Kompas.com - 11/09/2022, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Presiden Amerika Serikat Dwight D. Eisenhower kala itu, berhasil memaksa Pasukan Inggris, Perancis, dan Israel, keluar dari kawasan Terusan Suez, seperti halnya Presiden Amerika Serikat Harry Truman berhasil memaksa Belanda untuk mengakui kedaulatan Indonesia di tahun 1949.

Pemerintahan Presiden ke - 34 Amerika Serikat Eisenhower berhasil memobilisasi penolakan atas invasi Inggris dan Perancis terhadap Terusan Suez di Forum PBB dan mengancam memblokir dolar dari IMF untuk Inggris yang kala itu memang sedang membutuhkan dana segar.

Persis seperti pemerintahan Harry Truman di masa lalu mengancam membatalkan dana Marshall Plan kepada Belanda jika negara Ratu Wihelmina tersebut tidak menghentikan agresi militer atas negeri ini dan tidak mengakui kedaulatan Indonesia.

Pascaperistiwa itu, peran Inggris menyusut total. Dalam kajian politik internasional pun kajian geopolitik, pada momen Terusan Suez itulah status negara adi daya Inggris Raya beralih atau diambil oleh Amerika Serikat, setelah sebelumnya juga pelan-pelan dikikis sejak perang dunia pertama dan kedua.

Sebelum momen Terusan Suez, Amerika Serikat juga pernah membuat Inggris tidak berkutik, persis menjelang Perang Dunia kedua usai.

Saat itu, Franklin D. Roosevelt (FDR) kembali dari pertemuan Malta, ia menyempatkan diri singgah di Arab dan bertemu dengan pendiri Kerajaan Arab Saudi, yaitu Raja Abdulaziz al Saud.

Dengan data hasil penelitian geologis yang sudah dikantonginya, FDR mengamankan kekuasaan mutlak Amerika Serikat atas sumber daya alam minyak di Arab Saudi, tanpa sedikitpun bantahan dari Inggris dan Perancis yang sebelumnya berjaya di kawasan Timur Tengah.

Ketegangan terselubung antara Inggris dan Amerika Serikat memang sudah bukan rahasia lagi.

Mulai dari Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson, kemudian FDR, Truman, dan Eisenhower, memang antikolonial.

Namun karena konstelasi global yang tidak memungkinkan, kebijakan-kebijakan mereka cenderung kurang agresif menyerang negara-negara kolonial lama.

Amerika Serikat mulai melepas taring kolonialnya saat pertama kali menawarkan opsi merdeka pada Philipina tahun 1946. Namun negara-negara besar lainnya justru tak terinspirasi.

Ketika perang dingin pecah setelah kemenangan sekutu tahun 1945, Amerika Serikat mulai memperlihatkan ambiguitas antara pro kolonial atau pro dekolonialisasi.

Amerika Serikat sempat bergeming saat agresi militer Belanda di Indonesia, karena takut Indonesia jatuh ke tangan komunis.

Setelah Amerika Serikat menyaksikan sikap tegas Soekarno dan Hatta atas pemberontakan Muso di Madiun pada 1948, barulah kemudian Amerika Serikat percaya bahwa Indonesia bisa berdiri tegak tanpa dominasi sayap kiri.

Namun demikian, karena perang dingin pula Amerika Serikat kembali harus mendukung negara kolonial Perancis atas Vietnam, yang kemudian berbarengan dengan kebijakan ganyang Malaysia (konfrontasi) Soekarno yang menandai peralihan kebijakan bapak pendiri bangsa Indonesia itu ke sayap kiri frontal, dari Moskow ke Beijing.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com