Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Ratu Elizabeth II dan Kemeriahan Simbolik Sisa-sisa Kejayaan Imperial

Kompas.com - 11/09/2022, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Karena itu, Amerika Serikat harus memilih untuk berdiri bersama Inggris dan rencana pendirian federasi Malaysia.

Namun demikian, hal tersebut tidak membuat Inggris kembali ke posisi sebagai negara adi kuasa sebagaimana halnya di masa lalu. Peta pertarungan global telah beralih menjadi antara Moskow versus Washington.

Karena taring yang sudah hilang itu pula sehingga keberanian PM Inggris Margaret Thatcher dalam menggasak Argentina pada perang Malvinas tidak menjadikan Inggris kembali sebagai kekuatan super power, meskipun menang telak.

Terbukti bahwa perebutan kuasa atas Pulau Malvinas tidak menjadi konflik berkepanjangan layaknya apa yang terjadi di Vietnam.

Pendek kata, kemeriahan pembahasan tentang meninggalnya Ratu Inggris Elizabeth II bukanlah karena beliau sebagai pemimpin tradisional dari kekuatan negara berskala global, tapi hanya karena daya tarik eksistensi Istana Buckingham di mata dunia.

Secara geopolitik, Inggris hanya tersisa Inggris semata, bersama kemeriahan simbolik dari negara-negara persemakmuran sebagai wadah alumni-alumni negara jajahan Inggris di masa lampau.

Bahkan pengaruh Inggris di kawasan Eropa pun telah sirna sejak gelora Brexit di tahun 2016. Kini, justru Jerman dan Perancis yang merupakan ‘kepala suku’ Uni Eropa secara de facto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com