Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bom Mobil di Moskwa Tewaskan Darya Dugina Putri Sekutu Dekat Putin, Siapa Dia?

Kompas.com - 22/08/2022, 14:34 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

MOSKWA, KOMPAS.com - Putri dari Alexander Dugin, sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin meninggal dunia dalam serangan bom di jalan raya dekat Moskwa.

Darya Dugina meninggal setelah mobil yang dikendarainya meledak saat dia menuju rumahnya, kata ketua badan investigasi Rusia.

Diyakini bahwa ayahnya, filsuf Rusia Alexander Dugin, yang juga dikenal sebagai “otak Putin” kemungkinan target utama serangan tersebut.

Baca juga: Insiden Bom Mobil di Moskwa Diklaim Terkait dengan Upaya Penggulingan Rezim Putin

Dugin adalah seorang tokoh dengan ideologi ultra-nasionalis yang penting dan dipercaya sangat dekat dengan presiden Rusia.

Alezander Dugin dan putrinya diundang menjadi tamu kehormatan sebuah festival yang diadakan di dekat Moskwa, tempat filsuf ini kerap menjadi pengajar.

Alexander Dugin, kerap disebut sebagai 'Rasputin-nya Putin'.BBC INDONESIA Alexander Dugin, kerap disebut sebagai 'Rasputin-nya Putin'.
Festival “Tradisi”, begitu acara itu disebut, adalah festival keluarga untuk kalangan pencinta seni yang digelar di gedung Zakharovo, di mana penyair Alexander Pushkin pernah tinggal.

Ayah-anak ini dijadwalkan pulang ke kediaman mereka dari acara ini pada Sabtu malam dengan mobil yang sama, sebelum Alexander Dugin memutuskan untuk pisah mobil di saat terakhir.

Potongan video yang beredar di Telegram menunjukkan Alexander Dugin memandang dengan syok saat tim gawat darurat tiba di lokasi mobil yang terbakar hebat.

BBC belum berhasil memverifikasi potongan video tersebut secara independen.

Tim investigator mengonfirmasi Darya Dugina meninggal dunia di lokasi kejadian, di Desa Bolshiye Vyazemy.

Mereka berkata, bom telah meledak sebelum mobil itu terbakar. Saat ini, tim forensik dan ahli bahan peledak masih melakukan investigasi.

Baca juga:

Analisis

Will Vernon, BBC Moskwa

Meskipun Alexander Dugin bukanlah seorang pejabat pemerintah, dia adalah tokoh simbolik di dunia politik Rusia.

Filosofinya yang anti-Barat dan ultranasionalis telah menjadi ideologi politik dominan di Rusia dan telah membantu membentuk kebijakan luar negeri Putin, terutama tentang Ukraina.

Perhatian akan tertuju pada siapa di belakang serangan ini. Denis Pushilin, “Pemimpin” dari “Republik Rakyat Donetsk” yang mendeklarasikan diri sebagai wilayah merdeka pro-Rusia, telah menyalahkan Ukraina.

Di Telegram, dia menulis, “Musuh-musuh jahat! Teroris dari Ukraina mencoba membunuh Alexander Dugin, meledakkan putrinya… di dalam mobil. Kami mengenang Darya, dia adalah perempuan Rusia sejati!”

Insiden seperti ini akan membuat para pejabat di Moskwa gugup, terutama setelah terjadi sejumlah peledakan dan serangan di wilayah Crimea yang diduduki Rusia dan di sejumlah tempat di dekat perbatasan Ukraina.

Propaganda Kremlin terus menekankan bagaimana Valdimir Putin telah membawa stabilitas dan kemananan di Rusia setelah krisis yang terjadi di 1990-an, di mana pembunuhan dan bom mobil sering terjadi.

Kejadian bom mobil di ibu kota Rusia kali ini telah mematahkan narasi tersebut.

Tim investigasi berada di lokasi ledakan mobil.

INVESTIGATIVE COMMITTEE OF THE RUSSIAN FEDERATION via BBC INDONESIA Tim investigasi berada di lokasi ledakan mobil.
Tim investigasi berada di lokasi ledakan mobil.

INVESTIGATIVE COMMITTEE OF THE RUSSIAN FEDERATION via BBC INDONESIA Tim investigasi berada di lokasi ledakan mobil.
Meski tak punya posisi resmi di pemerintahan, Alexander Dugin adalah sekutu dekat Presiden Rusia dan bahkan dijuluki sebagai “Rasputin-nya Putin”.

Darya sendiri adalah seorang jurnalis yang sangat vokal mendukung invasi Ukraina.

Awal tahun ini, Darya dikenai sanksi oleh otoritas AS dan Inggris, yang menuduh perempuan 30 tahun ini berkontribusi pada “disinformasi” online tentang invasi Rusia di Ukraina.

Pada Mei, dia menyebut perang ini sebagai “benturan peradaban” dan menyatakan kebanggaannya karena dia dan ayahnya telah disanksi oleh Barat.

Alexander Dugin diberi sanksi oleh AS pada 2015 karena tuduhan keterlibatannya pada aneksasi Rusia terhadap Crimea.

Tulisan-tulisannya disebut-sebut telah mempengaruhi pandangan Putin terhadap dunia dan dia dianggap sebagai arsitek intelektual dari idologi ultra-nasionalis dianut oleh banyak orang Kremlin.

Selama bertahun-tahun, Dugin telah meminta Moskwa untuk lebih agresif di panggung dunia dan mendukung aksi militer Rusia di Ukraina.

Baca juga: Putin Diyakini Sadar Bikin Kesalahan Rusia Serang Ukraina, tapi Tak Akan Mengakuinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Global
Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Global
Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Global
Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Global
Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Global
Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Global
Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Global
Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Global
Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Global
Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Global
Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Global
Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Global
Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Global
Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com