KYIV, KOMPAS.com - Seorang mantan anggota Duma Rusia yang diusir karena kegiatan anti-Kremlin mengeklaim bahwa partisan Rusia diduga berada di balik insiden bom mobil di Moskwa, yang menewaskan putri salah satu sekutu dekat Vladimir Putin.
Berbicara di Kyiv, tempat dia bermarkas, Ilya Ponomarev menuduh ledakan pada Sabtu (20/8/2022) malam adalah pekerjaan Tentara Nasional Republik (NRA).
Dia mengklaim bahwa kelompok itu merupakan gerakan bawah tanah yang bekerja di dalam Rusia dan didedikasikan untuk menggulingkan rezim Putin.
Baca juga: Putri Sekutu Dekat Putin Tewas dalam Ledakan Mobil
The Guardian yang melaporkan berita ini belum memverifikasi keaslian klaim Ponomarev. Sementara komentator Rusia menyalahkan Ukraina atas serangan itu, klaim yang dibantah keras oleh Kyiv.
“Tindakan ini, seperti banyak tindakan partisan lainnya yang dilakukan di wilayah Rusia dalam beberapa bulan terakhir, dilakukan oleh Tentara Nasional Republik (NRA),” kata Ponomarev sebagaimana dilansir Guardian pada Minggu (21/8/2022).
Dia berbicara dalam siaran jam 7 malam pada February Morning, saluran TV oposisi berbahasa Rusia yang diluncurkan di Kyiv awal tahun ini.
“Sebuah peristiwa penting terjadi di dekat Moskwa tadi malam. Serangan ini membuka halaman baru dalam perlawanan Rusia terhadap Putinisme. Baru – tapi bukan yang terakhir,” tambahnya.
Ledakan itu menewaskan Darya Dugina (30 tahun), putri dari komentator politik Rusia dan ideolog sayap kanan Alexander Dugin. Keduanya telah diberi sanksi oleh Inggris dan AS karena terlibat atas invasi Rusia ke Ukraina.
Daughter of Alexander Dugin (“Putin’s brain”) was reportedly killed in a car bomb near Bolshiye Vyazemy, Moscow region. The target was allegedly Alexander himself but he decided at the last moment to go into another car.
He is seen in the first seconds of the frame in disbelief. pic.twitter.com/bmqWWCMMdW
— CaucasusWarReport (@Caucasuswar) August 20, 2022
Ponomarev mengatakan partisan di dalam Rusia siap melakukan serangan serupa lebih lanjut terhadap target profil tinggi yang terhubung dengan Kremlin, termasuk pejabat, oligarki, dan anggota badan keamanan Rusia.
Mantan deputi itu membacakan apa yang dianggap sebagai manifesto NRA: “Kami menyatakan Presiden Putin sebagai perampas kekuasaan dan penjahat perang yang mengamandemen Konstitusi, melancarkan perang saudara antara orang-orang Slavia dan mengirim tentara Rusia ke kematian yang pasti dan tidak masuk akal.
“Kemiskinan dan peti mati bagi sebagian orang, istana bagi sebagian lainnya – inti dari kebijakannya. Kami percaya bahwa orang yang kehilangan haknya memiliki hak untuk memberontak melawan tiran. Putin akan digulingkan dan dihancurkan oleh kami!”
Baca juga: Putin ke Macron: Serangan ke PLTN Zaporizhzhia Dapat Sebabkan Bencana Besar
Ponomarev mengonfirmasi komentarnya dalam pesan yang dikirim melalui teks.
Sebagai seorang anggota sayap kiri parlemen Rusia, dia adalah satu-satunya wakil rakyat yang memberikan suara pada 2014 menentang pencaplokan Krimea.
Kremlin kemudian membalas dengan mencekalnya ketika dia dalam perjalanan ke AS untuk memasuki kembali negaranya sendiri. Ponomarev lalu menjadi warga negara Ukraina pada 2019.
Pada Maret, setelah invasi ke Ukraina, dia meluncurkan February Morning dan Rozpartisan, saluran Telegram yang memberikan pembaruan berita tentang aksi anti-perang di kota-kota Rusia.