Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/08/2022, 12:46 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

BEIRUT, KOMPAS.com - Seorang pria bersenjata yang melakukan penyanderaan di bank Beirut selama lebih dari enam jam di Beirut karena dia tidak bisa menarik tabungannya sendiri telah dipuji sebagai pahlawan oleh publik.

Bank-bank di Lebanon telah menetapkan aturan ketat tentang berapa banyak uang yang dapat diakses orang, di tengah krisis ekonomi Lebanon yang mendalam.

Tersangka memasuki bank dengan senapan, menuangkan bensin dan meminta uangnya untuk tagihan rumah sakit, menurut laporan AFP dilansir dari BBC pada Jumat (12/8/2022).

Baca juga: Di Balik Runtuhnya Ekonomi Lebanon dan Sri Lanka, Salah Siapa?

Aksi kejahatan itu justru mendapat dukungan publik - dengan sorak-sorai orang banyak berkumpul di luar dan meneriakkan: "Kamu adalah pahlawan."

Kebuntuan itu akhirnya berakhir dengan damai tanpa cedera, setelah negosiator mencapai kesepakatan yang memungkinkan tersangka menerima 35.000 dollar AS (Rp 513 juta) dari tabungannya di muka, menurut TV LBC.

Polisi mengawal para sandera dan tersangka dari cabang Bank Federal dekat Jalan Hamra, di barat kota. Para pejabat belum mengatakan apakah pria itu akan menghadapi dakwaan.

Menurut LBC, keluarga tersangka sangat membutuhkan tabungan mereka, dengan beberapa anggota keluarganya di rumah sakit.

"Saudara laki-laki saya memiliki 210.000 dollar AS (Rp 3 miliar) di bank dan ingin mendapatkan hanya 5.500 dollar AS (Rp 80 juta) untuk membayar tagihan rumah sakit," Saudara laki-laki tersangka mengatakan kepada wartawan.

Baca juga: Mencermati Tingkat Inflasi Lebanon yang Capai 211 Persen

Istri serta saudara laki-laki pelaku, yang berada di luar bank, mengatakan bahwa "setiap orang harus melakukan hal yang sama" untuk mendapatkan akses ke apa yang "hak mereka".

Kemarahan meluas di Lebanon terkait kontrol ketat atas rekening bank nasabah, yang mulai berlaku pada 2019. Ada juga pembatasan transfer uang ke luar negeri.

Negara ini berada di tengah-tengah salah satu krisis ekonomi paling parah di dunia di zaman modern - dan dampaknya semakin terasa ketika biaya hidup melonjak dan ada kekurangan gandum dan obat-obatan.

Di luar cabang, pengunjuk rasa meneriakkan: "Muak dengan aturan bank".

"Insiden serupa terus terjadi," kata George al-Hajj, yang mengepalai serikat pekerja bank Lebanon, kepada AFP.

Baca juga: Rasanya Hidup di Negara Gagal, Cerita dari Warga Lebanon

Dalam insiden terpisah pada Januari, seorang nasabah yang marah menyandera puluhan sandera di sebuah bank di lembah Bekaa, menuntut agar uangnya bisa diambil dalam dollar AS.

"Para deposan menginginkan uang mereka, dan sayangnya kemarahan mereka meledak di hadapan karyawan bank karena mereka tidak dapat mencapai manajemen," tambahnya.

Mata uang lokal Lebanon telah kehilangan lebih dari 90 persen nilainya sejak awal krisis ekonomi Lebanon - dan PBB mengatakan empat perlima penduduknya hidup dalam kemiskinan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com