KYIV, KOMPAS.com - Sebanyak 13 warga sipil tewas di wilayah Dnipropetrovsk saat serangan Rusia ke Ukraina memasuki hari ke-168.
Sejumlah 12 korban tewas dalam serangan di desa Marganets, di sisi lain Sungai Dnieper dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia, kata kepala dewan regional Mykola Lukashuk.
Rusia telah “hampir pasti” membentuk formasi pasukan darat baru untuk mendukung operasinya di Ukraina, menurut kementerian pertahanan Inggris.
Sementara itu, staf umum angkatan bersenjata Ukraina mengatakan pada Rabu (10/8/2022) telah menghancurkan sembilan pesawat Rusia dalam 24 jam terakhir, tanpa menentukan lokasi.
Klaim tersebut menyusul ledakan yang dilaporkan secara luas di pangkalan udara Saki Rusia, Krimea, pada Selasa (9/8/2022).
Baca juga: Perang Ukraina: Rusia Bakal Bentuk Formasi Baru di Angkatan Darat
Pemimpin regional Krimea, Sergei Aksyonov, mengatakan, sekitar 250 penduduk dipindahkan ke perumahan sementara, setelah puluhan bangunan apartemen rusak. Tetapi, pihak berwenang Rusia umumnya berusaha mengerdilkan dampak ledakan itu.
Rekaman media sosial yang belum diverifikasi dimaksudkan untuk menunjukkan kerusakan pesawat di darat di bandara.
Kementerian Kesehatan Krimea mengatakan bahwa satu orang tewas dan 13 orang terluka akibat ledakan di pangkalan udara dekat Novofedorivka.
Militer Rusia mengatakan bahwa “beberapa amunisi penerbangan diledakkan” di area penyimpanan di fasilitas tersebut. Krimea dianeksasi oleh Rusia pada 2014.
Dalam pidato malamnya, presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, tidak membahas siapa yang berada di balik serangan itu, tetapi bersumpah akan “membebaskan” Krimea.
“Perang Rusia melawan Ukraina dan melawan seluruh Eropa yang merdeka dimulai dengan Krimea dan harus diakhiri dengan Krimea – dengan pembebasannya,” kata dia.
Penasihat Presiden UKraina Mikhail Podolyak mengatakan, Ukraina tidak bertanggung jawab atas ledakan itu, menunjukkan bahwa partisan mungkin terlibat.
Baca juga: Ukraina Terkini: Ledakan Dahsyat Guncang Pangkalan Udara Rusia di Crimea
Negara-negara industri Kelompok Tujuh (G7) mengutuk pendudukan Rusia atas pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, dan menyerukan Moskwa untuk segera menyerahkan kembali kendali penuh pembangkit itu kepada Ukraina.
Staf Ukraina yang mengoperasikan pabrik "harus dapat melaksanakan tugas mereka tanpa ancaman atau tekanan. Kontrol berkelanjutan Rusia terhadap pabrik membahayakan kawasan itu," kata menteri luar negeri G7 dalam sebuah pernyataan.
Kepada Reuters, Kepala Energoatom Petro Kotin mengatakan penembakan Rusia minggu lalu telah merusak tiga jalur yang menghubungkan pabrik Zaporizhzhia ke jaringan Ukraina dan bahwa Rusia ingin menghubungkan fasilitas itu ke jaringannya.
Kepala perusahaan tenaga nuklir negara Ukraina pun memperingatkan risiko "sangat tinggi" dari penembakan di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di selatan yang diduduki Rusia.
Dia mengatakan sangat penting bagi Kyiv untuk mendapatkan kembali kendali atas fasilitas itu pada waktunya untuk musim dingin.
Para pemimpin Estonia dan Finlandia ingin sesama negara Eropa berhenti mengeluarkan visa turis kepada warga Rusia, dengan mengatakan mereka tidak boleh berlibur di Eropa sementara pemerintah Rusia melakukan perang di Ukraina.
Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas, menulis pada Selasa (9/8/2022) di Twitter bahwa “mengunjungi Eropa adalah hak istimewa, bukan hak asasi manusia” dan bahwa ini adalah “waktu untuk mengakhiri pariwisata dari Rusia sekarang”, Associated Press melaporkan.
Seorang pembeli baru sedang dicari untuk pengiriman biji-bijian pertama yang meninggalkan Ukraina di bawah kesepakatan dengan Rusia, setelah pembeli asli Lebanon membatalkan pesanannya, kata kedutaan Ukraina.
Kapal Razoni berbendera Sierra Leone, yang membawa 26.000 ton jagung, saat ini berlabuh di pelabuhan Mersin Turki, menurut situs Marine Traffic.
Baca juga: Ukraina Terkini: Rusia Berencana Hubungkan PLTN Zaporizhzhia ke Jaringan Listrik Crimea
Amerika Serikat mengalokasikan 89 juta dollar AS untuk membantu Ukraina menyingkirkan ranjau darat yang dipasang oleh pasukan Rusia.
Uang itu akan mendukung 100 tim penjinak ranjau serta pelatihan dan perlengkapan lebih banyak bagi personel Ukraina untuk melakukan pekerjaan berisiko di sekitar 16 juta hektar wilayah yang menurut Kyiv telah dipasang ranjau oleh Moskwa.
Penyelidik Rusia meluncurkan penyelidikan kriminal terhadap Marina Ovsyannikova, yang mengecam intervensi militer Rusia di Ukraina melalui siaran langsung TV, dan telah menahan jurnalis tersebut, kata pengacaranya.
Pada Maret, Ovsyannikova, saat itu seorang editor di televisi Channel One, menerobos masuk ke set berita malam Vremya (Time) andalannya, memegang poster bertuliskan "No War".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.