Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Warga Sri Lanka Antre Bensin 4 Hari, sampai Gelar Tikar dan Main Kartu di Trotoar

Kompas.com - 17/07/2022, 18:28 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

COLOMBO, KOMPAS.com - Akibat krisis Sri Lanka bangkrut, warga mengantre membeli bensin hingga empat hari lamanya, sampai menggelar tikar dan main kartu di trotoar ibu kota Colombo.

Meski sudah ada jam malam darurat, semburan gas air mata, dan pengunduran presiden, itu semua tidak menyurutkan tekad warga Sri Lanka untuk mengentre mendapatkan bahan bakar.

Namun, mengantre bukan jaminan mendapatkan bensin karena sudah berbulan-bulan lamanya Sri Lanka krisis BBM.

Baca juga: 7 Faktor Pemicu Tsunami Politik Sri Lanka, dari Biaya Hidup hingga Jebakan Utang

"Saya sudah di sini empat hari," kata pengemudi ojek roda tiga bernama Vipul Dissanayaka, dikutip dari kantor berita AFP pada Jumat (15/7/2022).

Pria berusia 56 tahun itu biasanya mengangkut orang di sekitar kota, tetapi dalam beberapa bulan terakhir, karena antrean sangat lama untuk menunggu bahan bakar, pekerjaannya menjadi terhambat.

"Orang-orang tak bersalah menderita," lanjutnya kepada AFP. "Bensin untuk bertahan hidup. Beginilah cara memberi makan anak-anak kami."

Dampak krisis Sri Lanka, antrean warga mengular untuk membeli minyak tanah di luar SPBU ibu kota Colombo, Minggu (5/6/2022).AP PHOTO/ERANGA JAYAWARDENA Dampak krisis Sri Lanka, antrean warga mengular untuk membeli minyak tanah di luar SPBU ibu kota Colombo, Minggu (5/6/2022).
Sementara itu, pengemudi mobil di dekatnya menunggu dengan lesu di belakang kemudi dalam cuaca panas tropis kota. Pengendara sepeda motor karena kendaraanya tidak memiliki kursi akhirnya membentangkan tikar rotan untuk tidur siang.

Tidak ada yang mau menyerah meski harus menunggu begitu lama. Mereka tetap di tempat bahkan ketika para pedemo yang marah atas salah urus ekonomi pemerintah menerjang kepulan gas air mata untuk menyerbu rumah presiden.

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa melarikan diri dengan pesawat militer, kemudian mengirim e-mail pengunduran dirinya pada Kamis (14/7/2022) dari Singapura.

Baca juga:

Warga juga mengabaikan jam malam yang memerintahkan orang-orang untuk kembali ke rumah agar aparat keamanan dapat memulihkan ketertiban.

Beberapa minggu lalu, aparat keamanan melepaskan tembakan untuk membubarkan massa pemrotes anggota militer yang melompati antrean untuk mengisi bensin.

Polisi di Colombo pada 21 Mei 2022 menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa pelajar Higher National Diploma (HND) dalam demo Sri Lanka. Para demonstran menuntut mundur Presiden Gotabaya Rajapaksa akibat krisis Sri Lanka bangkrut.AFP/ISHARA S. KODIKARA Polisi di Colombo pada 21 Mei 2022 menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa pelajar Higher National Diploma (HND) dalam demo Sri Lanka. Para demonstran menuntut mundur Presiden Gotabaya Rajapaksa akibat krisis Sri Lanka bangkrut.
Pemerintah bulan lalu menutup layanan publik non-esensial untuk menghemat bahan bakar, memerintahkan kenaikan harga bensin lagi, kemudian menangguhkan penjualan bensin selama dua minggu.

Kini hanya sebagian kecil kendaraan yang tersisa di jalan, termasuk bus komuter yang penuh sesak dan pengendara yang mampu membayar harga bensin di pasar gelap hingga 3.000 rupee (Rp 564.000) per liter.

Menteri Energi Sri Lanka pekan ini mengatakan, pengiriman bensin dari India melalui jalur laut akan tiba paling lambat Selasa (19/7/2022), asalkan cuaca memungkinkan untuk berlabuh di pelabuhan.

Baca juga: 5 Negara yang Bangkrut Sebelum Sri Lanka, Bagaimana Cara Mereka Bertahan?

Namun, pasokan BBM yang datang mungkin tidak langsung meredam frustrasi warga karena jeda waktu dengan pengiriman selanjutnya.

"Tidak ada bahan bakar, anak-anak tidak sekolah, harga sangat tinggi," ujar Gihan Martyn warga Colombo kepada AFP. "Hari demi hari, negara ini mundur."

Untuk menangani krisis Sri Lanka bangkrut, pemerintah sedang bernegosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) tentang bailout, yaitu bantuan keuangan untuk menghindari kebangkrutan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com