Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Ganja Legal di Thailand? Ini 3 Alasannya

Kompas.com - 21/06/2022, 13:28 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

Apa alasan Thailand melegalisasi ganja?

Lalu apa yang menyebabkan perubahan dramatis di negara pimpinan militer konservatif yang tampaknya tidak mungkin melegalisasi ganja?

Sebagian alasannya adalah politik.

Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand, Anutin Charnvirakul, adalah sosok di balik kebijakan ini. Dia mengadopsi kebijakan legalisasi ganja sebagai janji kampanyenya dalam pemilu 2019.

Baru-baru ini dia bahkan terlihat mencicipi kari berbumbu ganja seraya mendapat sanjungan dari para petani yang berharap tanaman ganja bisa mendatangkan uang.

Kantong kekuatan partai Anutin berada di kawasan timur laut Thailand yang tergolong miskin. Kebijakan legalisasi ganja memikat kaum petani yang hanya menggantungkan hidup dari bertani beras dan gula. Mereka memerlukan pemasukan baru.

Melalui kebijakan itu, Anutin memenuhi janjinya. Dia meyakini manfaat medis dalam ganja sehingga harapannya adalah kaum miskin Thailand bisa menanam sendiri mariyuana sebagai sarana pengobatan ketimbang membayar obat kimia yang mahal.

Alasan lainnya tentu bisnis. Tom Kruesopon memperkirakan bisnis mariyuana bisa menghasilkan 10 miliar dollar AS (Rp 148 triliun) dalam tiga tahun pertama. Jumlah itu bisa meningkat jika pemerintah menggencarkan wisata ganja, yaitu turis-turis yang sengaja datang ke Thailand untuk terapi dan pengobatan menggunakan mariyuana.

Tom Kruesopon melihat ceruk tersebut sehingga dia telah membuka klinik pertama di Bangkok yang secara khusus berfokus pada pengobatan jenis itu. Selain Tom, sejumlah perusahaan besar Thailand sedang mencari cara untuk mendapatkan uang dalam bisnis ganja.

Baca juga:

Dengan meliberalisasi aturan soal ganja secara cepat dan menyeluruh, pemerintah Thailand berharap mencuri start dari negara-negara tetangganya yang sebagian besar enggan mengikuti jejak Thailand.

Alasan ketiga di balik legalisasi ganja adalah meninjau ulang pendekatan garis keras terhadap narkoba yang dimulai tujuh tahun lalu ketika Thailand dikuasai junta militer.

Di Thailand, banyak penjara yang jumlah napinya melampaui kapasitas dan tiga-perempat dari mereka dikurung karena kasus narkoba—sebagian besar di bawah umur. Kondisi buruk di dalam penjara tidak hanya dikritik dunia internasional, tapi juga membuat pemerintah Thailand mengucurkan banyak dana operasional.

Adalah Menteri Hukum Thailand, Jenderal Paiboon Kumchaya, yang mengumumkan pada 2016 lalu bahwa perang terhadap narkoba gagal sehingga metode penanganan lain terhadap penyalahgunaan narkoba diperlukan.

Tatkala Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand, Anutin Charnvirakul, mengusulkan kebijakan legalisasi ganja—dengan segala faedah ekonominya—dia sejatinya mendorong pintu yang relatif terbuka (walaupun dia mengatakan perlu upaya keras untuk mendorong kebijakan tersebut).

Konsekuensi legalisasi ganja ini, lebih dari 4.000 napi terkait kasus ganja kini dibebaskan dari penjara.

Ada aturan lain untuk penggunaan ganja di Thailand?

Bagaimanapun, pemerintah Thailand boleh jadi belum siap untuk sepenuhnya menyambut produk ganja dalam berbagai wujud sejak legalisasi mariyuana diberlakukan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com