Tanaman itu muncul di mana-mana, mulai dari es krim, sajian khas Thailand, hingga minuman smoothie. Bahkan ada penjual yang menjajakan daging ayam yang saat masih hidup diberi pakan ganja.
Pemerintah Thailand kini sedang menyusun aturan teknis soal penggunaan ganja. Secara resmi, posisi pemerintah Thailand merujuk pada undang-undang yang mengizinkan penggunaan ganja untuk keperluan medis, bukan rekreasional. Namun, pengawasannya tampak sulit.
Baca juga:
"Kami semua tahu dari mempelajari pasar lain bahwa penggunaan rekreasional adalah tempat uang berada," kata Chidchanok Chitchob, penyuka mariyuana yang ayahnya adalah politikus berpengaruh di kawasan Buriram, Thailand.
"Jadi saya pikir ini adalah langkah baik menuju hal tersebut (penggunaan ganja secara rekreasional), jika kita benar-benar berpikir ini (ganja) adalah tanaman ekonomis," sambungnya.
Chidchanok bereksperimen dengan beragam jenis tanaman ganja guna membantu petani lokal mendapatkan jenis terbaik untuk dibudidayakan di kawasan Buriram.
Tom Kruesopon mengaku tidak ada masalah dengan aturan teknis soal penggunaan ganja. Dia mengadvokasi penjualan mariyuana hanya dari penjual berlisensi, dengan resep, dan tidak boleh untuk siapapun berusia di bawah 18 tahun.
"Jangan kebanyakan berpikir. Aturan apapun yang diberlakukan untuk rokok, berlakukan pula untuk ganja. Sudah ada sejumlah aturan yang diterapkan untuk membantu penggunaan rokok dan minuman beralkohol—gunakan saja aturan yang sama," ujarnya.
Legalisasi ganja adalah langkah berani pemerintah Thailand ke dunia baru. Negara-negara tetangganya akan menyaksikan apakah langkah itu sepadan.
Baca juga: Ganja Dikembangkan untuk Obati Long Covid dalam Uji Coba Baru