Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belgia Sampaikan Penyesalan Mendalam atas Kolonialisme Brutal di Kongo

Kompas.com - 10/06/2022, 14:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KINSHASA, KOMPAS.com - Raja Belgia Phillippe hari Rabu (8/6/2022) di Kinshasa mengatakan, pemerintahan kolonial Belgia atas Kongo telah menyebabkan penyalahgunaan dan penghinaan.

Dia sekali lagi menyampaikan penyesalan terdalam untuk luka-luka masa lalu. Raja Philippe berada di Kongo dalam rangka kunjungan enam hari.

"Rezim (kolonial) ini adalah hubungan yang tidak setara, tidak dapat dibenarkan. Ditandai dengan paternalisme, diskriminasi dan rasisme," katanya dalam pidato yang ditujukan kepada anggota parlemen Kongo.

Baca juga: Kapal Perang Inggris Memasuki Laut China Selatan, Media China Singgung Soal Kolonialisme

Sebelumnya, Raja Phillippe bertemu dengan para veteran Perang Dunia II yang masih hidup di Republik Demokratik Kongo, dan meletakkan karangan bunga di situs peringatan untuk para veteran tempur di ibu kota Kinshasa.

Phillippe berjabat tangan dengan Albert Kunyuku, veteran perang yang sekarang berusia 100 tahun, yang dulu bergabung dengan Force Publique Belgia dan ditempatkan di Myanmar.

Selama kunjungan daerah bekas jajahan Belgia itu, Raja Philippe juga mengembalikan topeng tradisional inisiasi etnis Suku kepada Museum Nasional di Kinshasa.

"Saya di sini untuk mengembalikan karya luar biasa ini kepada Anda agar warga Kongo dapat melihat dan mengaguminya," kata Raja Philippe yang berdiri di samping Presiden Kongo Felix Tshisekedi.

Baca juga: Kenapa di Jerman Tidak Ada Pelajaran Sejarah Kolonialisme?

Penyesalan terdalam saja tidak cukup

Kunjungan enam hari, yang dimulai pada Selasa (7/6/2022), dipandang sebagai upaya Belgia mengelola sejarah kolonialisme brutalnya di Kongo, yang menelan jutaan nyawa. Tetapi beberapa warga Kongo menganggap, pernyataan penyesalan saja tidak cukup.

"Mereka meninggalkan kami terisolasi, telantar. Mereka menjarah semua sumber daya kami, dan hari ini Anda mengundang raja Belgia lagi?" kata Junior Bombi, seorang pedagang di pasar sentral Kinshasa, kepada kantor berita Reuters.

Profesor Antoine Roger Lokongo mengatakan, Raja Belgia seharusnya menyampaikan permintaan maaf resmi atas kekerasan dan penghinaan yang diderita oleh rakyat Kongo.

Baca juga: Tentara RD Kongo dan Pemberontak Bertempur Sengit, 72.000 Orang Mengungsi

Sejarah kolonialisme penuh darah

Raja Leopold II antara tahun 1885 hingga 1908 menyatakan daerah yang sekarang menjadi Republik Demokratik Kongo sebagai milik pribadinya, dan memerintah dengan tangan besi yang brutal. Pasukan kolonial memaksa penduduk setempat untuk mengumpulkan karet.

Sejarawan memperkirakan bahwa jutaan orang terbunuh, dimutilasi, atau meninggal karena penyakit selama pemerintahan Leopold II dan masa kolonisasi Belgia di Kongo.

Kawasan Kongo tetap menjadi bagian dari kekaisaran Belgia sampai memperoleh kemerdekaan pada 30 Juni 1960.

Kunjungan enam hari ini adalah kunjungan pertama Raja Philippe ke Kongo sejak ia naik takhta pada 2013. Tadinya kunjungan itu akan dilaksanakan pada 2020 menandai peringatan 60 tahun kemerdekaan Republik Demokratik Kongo, namun dibatalkan karena pandemi corona.

Baca juga: RD Kongo Negara dengan Tingkat Kriminalitas Tertinggi di Dunia, Indonesia Peringkat 25

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Global
Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Global
5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

Global
Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Global
Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Global
Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Internasional
[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

Global
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com