MARIUPOL, KOMPAS.com - Pihak berwenang Ukraina melaporkan temuan 200 mayat di dalam ruang bawah tanah di Mariupol, kata pihak berwenang setempat.
Para pekerja yang menggali puing-puing sebuah gedung apartemen dan mendapati penemuan suram, dengan jumlah korban yang ditemukan menjadikannya salah satu serangan perang paling mematikan.
Baca juga: Rusia Gunakan Senjata Ilegal di Ukraina, dari FAB-250 hingga Bom Tandan
Seorang penasihat Wali Kota wilayah itu, Petro Adryushchenko mengatakan mayat-mayat itu membusuk, dan membuat "bau busuk" menutupi daerah sekitarnya.
"Kota ini telah berubah menjadi kuburan yang berkelanjutan," katanya dalam sebuah unggahan online sebagaimana dilansir Sky News pada Selasa (24/5/2022).
Lebih lanjut kata dia, "kamar mayat darurat" telah didirikan untuk menangani "sejumlah besar mayat" tersebut.
Ini adalah kengerian terbaru yang terungkap di kota pelabuhan utama Ukraina, yang telah menjadi target penting bagi pasukan Putin sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai tiga bulan lalu.
Pekan lalu, pasukan Ukraina diperintahkan untuk berhenti mempertahankan kota Ukraina selatan itu demi "menyelamatkan nyawa” tentara mereka.
Baca juga: Ukraina Kumpulkan Mayat-mayat Tentara Rusia yang Bergelimpangan, Ini yang Akan Dilakukan
Di pabrik baja Azovstal, yang dengan cepat menjadi titik fokus dalam perang, 2.500 tentara dianggap sebagai yang terakhir memerangi pasukan Rusia di wilayah tersebut.
Pasukan Rusia telah menguasai seluruh kota, di mana diperkirakan 100.000 orang masih tinggal. Banyak dari mereka terjebak selama pengepungan dengan sedikit makanan, air, pemanas atau listrik.
Pihak berwenang Ukraina mengeklaim sedikitnya 21.000 orang tewas dalam pertempuran di Mariupol, dengan serangan dilakukan di tempat-tempat seperti rumah sakit bersalin dan teater.
Negara itu menuduh Rusia berusaha menutupi kengerian serangannya dengan membawa peralatan kremasi bergerak dan mengubur orang mati di kuburan massal.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuduh pasukan Rusia mengobarkan "perang total" dan berusaha menimbulkan sebanyak mungkin kematian dan kehancuran.
"Belum ada perang seperti itu di benua Eropa selama 77 tahun," kata Zelenskyy, mengacu pada akhir Perang Dunia Kedua.
Baca juga: Rusia Klaim Menang di Mariupol Ukraina, Bagaimana Nasib Tahanan Perang?
Sementara itu, Rusia telah membuat beberapa "keberhasilan lokal" dalam upayanya untuk menguasai wilayah Donbas timur, dengan Severodonetsk dan kota-kota tetangga menjadi satu-satunya bagian dari wilayah Luhansk yang masih di bawah kendali Ukraina.
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan Rusia telah "meningkatkan intensitas operasinya" di daerah itu tetapi ada "perlawanan kuat dari Ukraina".
"Penaklukan Rusia atas wilayah kantong Severodonetsk akan membuat seluruh Oblast Luhansk ditempatkan di bawah pendudukan Rusia," tambahnya.
Dua pejabat tinggi Rusia tampaknya mengakui bahwa kemajuan Moskwa lebih lambat dari yang diharapkan, meskipun mereka berjanji serangan itu akan mencapai tujuannya.
Nikolai Patrushev, sekretaris Dewan Keamanan Rusia, mengatakan pemerintah Rusia "tidak mengejar tenggat waktu".
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu sementara itu mengatakan Moskwa sengaja memperlambat serangannya untuk memungkinkan penduduk kota-kota mengungsi - meskipun pasukan Rusia telah berulang kali mengenai sasaran sipil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.