Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa itu IPEF, Kerangka Ekonomi Baru yang Ditawarkan AS ke Asia?

Kompas.com - 24/05/2022, 21:46 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNA

TOKYO, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) mengumumkan Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik yang baru yang dikenal dengan inisialnya IPEF (Indo-Pacific Economic Framework), sebagai koridor kerja sama perdagangan baru dengan negara-negara di Asia.

Presiden AS Joe Biden menghadapi dilema perdagangan di Asia, setelah pendahulunya menarik AS keluar dari Kemitraan Trans-Pasifik pada (Trans-Pacific Partnership - TPP) pada 2017.

Jadi sebagai gantinya, Presiden ke-46 AS itu menawarkan IPEF selama kunjungan Biden ke Tokyo pada Senin (23/5/2022).

Baca juga: Biden Siap Angkat Senjata jika Taiwan Diserang, China: Jangan Ikut Campur

Apa yang akan dilakukan IPEF?

Itu masih harus dicari tahu. Pengumuman Senin (23/4/2022) menandai dimulainya pembicaraan di antara negara-negara peserta, untuk memutuskan apa yang pada akhirnya akan ada dalam kerangka kerja sama baru ini.

Jadi, untuk saat ini itu sebenarnya sebagian besar bersifat aspirasional. Dalam arti luas, ini adalah cara bagi AS untuk meletakkan penanda atas komitmennya untuk tetap menjadi kekuatan utama di Asia.

Dilansir dari CNA, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan IPEF “berfokus pada integrasi lebih lanjut ekonomi Indo-Pasifik, penetapan standar dan aturan, terutama di bidang baru seperti ekonomi digital, dan juga berusaha memastikan bahwa ada rantai pasokan yang aman dan tangguh.”

Baca juga: Biden: 13 Negara Gabung Aliansi Dagang IPEF di Asia-Pasifik untuk Saingi China

Gagasan bahwa standar baru diperlukan untuk perdagangan dunia, bukan hanya tentang ketidakpuasan di antara para pemilih AS.

Tapi, itu dinilai sudah menjadi kesadaran bersama mengingat bagaimana pandemi mengganggu seluruh ruang lingkup rantai pasokan, menutup pabrik, menunda kapal kargo, menyumbat pelabuhan, dan menyebabkan inflasi yang lebih tinggi secara global.

Kerentanan itu menjadi lebih jelas pada akhir Februari, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi ke Ukraina, yang menyebabkan lonjakan biaya makanan dan energi yang sangat tinggi di beberapa bagian dunia.

Siapa yang akan menentukan detail kerja sama?

Negosiasi dengan negara-negara mitra akan berkisar pada empat pilar, atau topik, dengan pembagian kerja antara perwakilan perdagangan AS dan Departemen Perdagangan.

Perwakilan perdagangan AS akan menangani pembicaraan tentang pilar perdagangan yang "adil".

Baca juga: Di Tokyo, Joe Biden Berkata Siap Bela Taiwan jika Diserang China

Rincian kerja samanya kemungkinan akan mencakup upaya untuk melindungi pekerja AS dari kehilangan pekerjaan, karena masuknya China ke Organisasi Perdagangan Dunia pada 2001 yang menyebabkan PHK manufaktur yang parah di “Negeri Paman Sam”.

Kehilangan pekerjaan itu memecah AS, membuat marah para pemilih dan membantu memperkuat kebangkitan politik Donald Trump, ke kursi kepresidenan. Pada akhirnya presiden ke-45 AS itu juga yang menarik negaranya keluar dari TPP segera setelah menjabat pada 2017.

Departemen Perdagangan AS akan mengawasi negosiasi pada tiga pilar lainnya: ketahanan rantai pasokan, infrastruktur dan perubahan iklim, serta pajak dan antikorupsi.

Menteri Perdagangan Gina Raimondo yang mendampingi Biden dalam kunjungannya ke Asia minggu ini, juga telah menyoroti soal investasi di pabrik-pabrik AS oleh pembuat mobil Hyundai dan raksasa elektronik Samsung.

Baca juga: Jawaban Singkat Biden Saat Ditanya Pesan untuk Kim Jong Un: Hallo… Titik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com