PYONGYANG, KOMPAS.com - Kim Jong Un tampak “polos”, tanpa masker, saat menghantar mentornya ke liang lahat, ketika Korea Utara mempertahankan klaim yang banyak diperdebatkan bahwa wabah virus coronanya telah mereda.
Upacara pemakaman itu tampak kontras dengan pemandangan petugas dengan seragam hazmat lengkap dan relatif sepi, yang terlihat di banyak negara selama dua tahun pandemi Covid-19.
Baca juga: Tanggapi Kemajuan Senjata Ofensif Korea Utara, AS - Korea Selatan Buat Kesepakatan Baru
Media pemerintah (KCNA) pada Senin (23/5/2022) melaporkan Kim menghadiri pemakaman Hyon Chol-hae, seorang pejabat tinggi Tentara Rakyat Korea Utara.
Hyon Chol-hae dilaporkan memainkan peran kunci dalam merawatnya sebagai pemimpin negara berikutnya sebelum ayah Kim, Kim Jong-il, meninggal pada akhir 2011.
Foto-foto media pemerintah menunjukkan Kim Jong-un, yang tidak menggunakan masker, membawa peti mati Hyon di baris paling depan. Sementara itu pria lain yang membantunya tetap mengenakan masker.
Dia terlihat melemparkan tanah ke kuburan pejabat tinggi Korea Utara di pemakaman nasional.
Upacara pemakaman tersebut menunjukkan banyak tentara yang mengenakan seragam hijau zaitun memberi hormat, sementara pejabat lain yang mengenakan setelan gelap berdiri tegak.
Baca juga: Korea Utara Klaim Kasus Demam Diduga Gejala Covid-19 Sudah Turun di Bawah 200.000
KCNA mengatakan "banyak sekali" tentara dan warga sebelumnya turun ke jalan untuk menyampaikan belasungkawa mereka, ketika peti mati Hyon dipindahkan ke pemakaman.
"Nama Hyon Chol-hae akan selalu diingat bersama dengan nama agung Kim Jong-il," Kantor berita mengutip Kim sebagaimana dilansir Guardian.
Lebih lanjut dilaporkan bahwa pemimpin diktator berusaha 38 tahun itu menangis, ketika mengunjungi tempat berkabung yang didirikan untuk Hyon minggu lalu.
Sejak mengakui infeksi wabah varian Omicron awal bulan ini, Korea Utara hanya menyatakan berapa banyak orang yang demam setiap hari, dan hanya mengidentifikasi beberapa kasus sebagai Covid-19.
Media pemerintahnya mengatakan pada Senin (23/5/2022) bahwa 2,8 juta orang jatuh sakit karena demam yang tidak diketahui, tetapi hanya 68 dari mereka yang meninggal sejak akhir April.
Tingkat kematian itu terbilang sangat rendah jika penyakitnya adalah Covid-19, seperti yang diduga.
Baca juga: AS Tawarkan Vaksin Covid-19 ke Korea Utara, tapi Tak Direspons
Korea Utara memiliki kemampuan pengujian yang terbatas untuk banyak orang sakit, tetapi beberapa ahli mengatakan kemungkinan negara itu juga tidak melaporkan kematian untuk melindungi Kim dari kerusakan politik.
Selama dua tahun pandemi Covid-19, Korea Utara mempertahankan penguncian nasional dan aturan ketat lainnya untuk mengekang wabah virus.