SEOUL, KOMPAS.com - Dalam hampir 10 hari sejak pelaporan pertamanya, Korea Utara melaporakan kasus "demam" harian sudah turun untuk pertama kalinya di bawah 200.000, menurut media pemerintah mengatakan pada Minggu (21/2/2022)
Perkembangan ini menunjukkan tren yang positif setelah langkah-langkah diambil untuk mengendalikan wabah Covid-19 pertama yang diakui di negara itu.
Baca juga: AS Tawarkan Vaksin Covid-19 ke Korea Utara, tapi Tak Direspons
Gelombang Covid-19, yang dideklarasikan pada 12 Mei, telah memicu kekhawatiran akan kurangnya vaksin, infrastruktur medis yang tidak memadai, dan potensi krisis pangan di negara berpenduduk 25 juta itu.
Pyongyang sementara itu telah menolak sebagian besar bantuan dari luar, menutup perbatasannya dan tidak mengizinkan konfirmasi independen atas data resmi.
Akibat kekurangan pasokan pengujian, Korea Utara juga belum mengonfirmasi jumlah total orang yang dites positif terkena virus corona.
Sebaliknya, otoritas kesehatan melaporkan kasus dengan gejala demam. Para ahli menilai akan sulit untuk menilai skala gelombang Covid-19 di negara tertutup itu, sebagai dampaknya.
Lebih dari 186.090 orang mengalami gejala demam dan satu orang lagi meninggal, menurut kantor berita negara KCNA pada Minggu (22/5/2022) yang dikutip dari Reuters.
Lebih dari 2 juta dari 2,6 juta kasus kumulatif telah pulih, kata KCNA. Korban tewas resmi mencapai 67.
Baca juga: Muncul Sosok “Dr Fauci” dari Korea Utara, Tampilkan Gaya Berbeda di TV Propaganda
"Situasi penyebaran epidemi saat ini di DPRK menunjukkan tren positif dari pertumbuhan yang cepat di awal menjadi penurunan setelah dikendalikan dan dikelola secara stabil, mencatat peningkatan jumlah pemulihan harian di seluruh negeri," kata KCNA, menggunakan inisialnya nama resmi Korea Utara.
Tahun lalu, Korea Utara mengatakan telah mengembangkan peralatan reaksi rantai polimerase (PCR) sendiri untuk melakukan tes virus corona.
KNCA mewartakan negara itu "mempercepat pengembangan reagen uji baru dan reagen uji antibodi untuk deteksi dini epidemi."
Pihak berwenang telah mendistribusikan makanan dan obat-obatan di seluruh negeri. Petugas medis militer ikut dikerahkan untuk membantu mendistribusikan obat-obatan dan melakukan pemeriksaan.
Lebih dari satu juta petugas kesehatan, termasuk mahasiswa kedokteran dan guru, dikerahkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan "untuk benar-benar memblokir dan memberantas sumber penyebaran," tambah laporan itu.
Baca juga: Tolak Bantuan Vaksin, Korea Utara Anjurkan Warga Kumur Air Garam untuk Atasi Covid-19
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Kita bisa akhiri pandemi Covid-19 jika kita bersatu melawannya. Sejarah membuktikan, vaksin beberapa kali telah menyelamatkan dunia dari pandemi.
Vaksin adalah salah satu temuan berharga dunia sains. Jangan ragu dan jangan takut ikut vaksinasi. Cek update vaksinasi.
Mari bantu tenaga kesehatan dan sesama kita yang terkena Covid-19. Klik di sini untuk donasi via Kitabisa.
Kita peduli, pandemi berakhir!
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.