Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kabar Baik, Ilmuwan Berhasil Tumbuhkan Tanaman di Tanah dari Bulan

Kompas.com - 13/05/2022, 09:58 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Para ilmuwan untuk pertama kalinya berhasil menumbuhkan tanaman di tanah bulan yang dibawa kembali oleh astronot dalam program Apollo.

Eksperimen terobosan yang hasilnya telah diterbitkan dalam jurnal Communications Biology pada Kamis (12/5/2022) tersebut telah memberi para peneliti harapan bahwa suatu hari nanti mungkin saja menanam tanaman langsung di Bulan.

Hal ini dianggap akan bisa menghemat banyak kerumitan dan biaya misi luar angkasa di masa depan, memfasilitasi perjalanan yang lebih lama dan lebih jauh.

Baca juga: Ilmuwan NASA Berencana Kirim Gambar Manusia Telanjang untuk Menarik Alien

Namun, menurut penulis studi dari University of Florida, masih banyak yang harus dipelajari tentang topik ini, dan mereka berniat untuk tidak meninggalkan kebutuhan bisnis yang terlewat.

"Penelitian ini sangat penting untuk tujuan eksplorasi manusia jangka panjang NASA," kata Bill Nelson, kepala badan antariksa AS.

"Kita perlu menggunakan sumber daya yang ditemukan di Bulan dan Mars untuk mengembangkan sumber makanan bagi astronot masa depan yang tinggal dan beroperasi di luar angkasa," kata dia, dilansir dari AFP.

Untuk percobaan mereka, para peneliti hanya menggunakan 12 gram (beberapa sendok teh) tanah bulan yang dikumpulkan dari berbagai tempat di Bulan selama misi Apollo 11, 12, dan 17.

Dalam pot berukuran kecil, mereka menempatkan sekitar satu gram tanah (disebut "regolit") dan menambahkan air, lalu benih. Para ilmuan juga memberi tanaman larutan nutrisi setiap hari.

Baca juga: Ledakan Keras dan Luncuran Bola Api Kejutkan Warga di Tiga Negara Bagian AS, Ini Kata NASA

Para peneliti memilih menanam arabidopsis thaliana, kerabat sawi, karena mudah tumbuh dan, yang terpenting, telah dipelajari secara ekstensif. Kode genetik dan responsnya terhadap lingkungan yang tidak bersahabat -bahkan di luar angkasa- sudah dikenal luas.

Sebagai kelompok kontrol, benih juga ditanam di tanah dari Bumi serta sampel yang meniru tanah bulan dan Mars.

Hasilnya, setelah dua hari, semuanya tumbuh, termasuk sampel bulan.

"Setiap tanaman -baik dalam sampel bulan atau dalam kontrol- tampak sama sampai sekitar hari keenam," ungkap Anna-Lisa Paul, penulis utama jurnal ilmiah tersebut, dalam sebuah pernyataan.

Namun setelah itu, perbedaan mulai terlihat, yakni tanaman dalam sampel bulan tumbuh lebih lambat dan memiliki akar yang kerdil.

Setelah 20 hari, para ilmuwan memanen semua tanaman, dan menjalankan studi tentang DNA mereka.

Analisis mereka menunjukkan bahwa tanaman bulan bereaksi serupa dengan yang tumbuh di lingkungan yang tidak bersahabat, seperti tanah dengan terlalu banyak garam, atau logam berat.

Baca juga: SpaceX Kembali Meluncur ke Luar Angkasa dalam Misi Terbaru NASA

Di masa depan, para ilmuwan ingin memahami bagaimana lingkungan ini dapat dibuat lebih ramah.

NASA sedang bersiap untuk kembali ke Bulan sebagai bagian dari program Artemis, dengan tujuan jangka panjang untuk membangun kehadiran manusia yang langgeng di permukaannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com