Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kartel Narkoba Tutup Puluhan Kota di Kolombia, Protes Pemimpinnya Diekstradisi ke AS

Kompas.com - 10/05/2022, 19:01 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

Klan Teluk, yang juga menyebut dirinya Pasukan Bela Diri Gaitanista Kolombia, didirikan pada dekade pertama abad ini oleh para pemimpin kelompok paramiliter, yang menolak bergabung dengan perjanjian demobilisasi yang melibatkan kelompok lain.

Otoniel, pemimpin terbaru Klan Teluk, telah lama menjadi bagian dari daftar paling dicari oleh Drug Enforcement Administration AS.

Dia pertama kali didakwa pada 2009 di pengadilan federal Manhattan atas tuduhan narkotika, dan karena diduga membantu kelompok paramiliter sayap kanan yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh pemerintah AS.

Kemudian dakwaan di pengadilan federal Brooklyn dan Miami menuduhnya menyelundupkan setidaknya 73 metrik ton kokain ke Amerika Serikat antara 2003 dan 2014.

Baca juga: Kandidat Calon Presiden Kolombia Ini Kedapatan Pidato Saat Mabuk, Berujung Minta Maaf

Pihak berwenang Kolombia telah berusaha mengecilkan aksi penutupan kartel, Mereka mengaku mengerahkan 52.000 tentara untuk memastikan keamanan warga sipil di daerah yang terkena dampak.

Presiden Kolombia Ivan Duque mengatakan pada Sabtu (7/5/2022) bahwa tindakan yang diambil oleh anggota kartel adalah "insiden terisolasi". Tujuan mereka adalah untuk mengintimidasi penduduk setempat.

Dia bersikeras organisasi tersebut sekarang lebih lemah dan kepemimpinannya telah terfragmentasi.

Polisi menawarkan hadiah lebih dari 1 juta dollar AS untuk penangkapan tiga pria, yang telah diidentifikasi sebagai pemimpin baru klan. Tetapi para kritikus pemerintah mengatakan periode kekuasaan kartel masih jauh dari selesai.

“Pemerintah dapat menghilangkan para pemimpin penting,” kata Gonzalez, presiden lembaga think tank Indepaz.

“Tapi ini adalah jaringan mafia yang juga mencakup politisi dan pencuci uang. Dan juga terlibat dalam perdagangan manusia, penambangan emas ilegal dan bisnis lainnya.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com