Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Singapura: Pembenaran Putin untuk Menyerang Ukraina Buat Asia Merasa Sangat Tidak Aman

Kompas.com - 31/03/2022, 21:45 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Newsweek

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pembenaran Rusia untuk menyerang Ukraina membuat Asia khawatir akan keamanannya sendiri, kata Perdana Menteri (PM) Singapura saat berkunjung ke Amerika Serikat pada Rabu (30/3/2022).

Presiden Rusia Vladimir Putin meletakkan dasar untuk invasinya menggunakan narasi sejarah yang mengejutkan banyak pendengar di seluruh dunia—tidak hanya di Eropa dan Amerika Utara.

Baca juga: Kisah Toko Bunga yang Tetap Buka di Kota Hantu Ukraina

PM Singapura Lee Hsien Loong mengatakan di Timur, di mana kekuatan China terus meningkat, ada kekhawatiran bahwa sengketa teritorial selama beberapa dekade dapat berujung dengan cara yang sama.

"Ini berdampak pada kawasan Asia-Pasifik di banyak tingkatan. Pertama-tama, itu merusak kerangka internasional untuk hukum dan ketertiban, dan perdamaian antar negara. Itu melanggar Piagam PBB; membahayakan kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas teritorial semua negara, terutama yang kecil," kata Lee sebagaimana dilansir Newsweek.

Pada 21 Februari, tiga hari sebelum Putin melancarkan serangan militer skala penuh untuk perubahan rezim di Kyiv, dia menggambarkan Ukraina sebagai "sepenuhnya diciptakan oleh Rusia."

Pemimpin Rusia juga mengatakan negara itu tidak memiliki budaya atau identitas tersendiri, dan para pemimpin Soviet Joseph Stalin dan Vladimir Lenin keliru telah melepaskan tanah itu.

Argumennya dibangun di atas esai panjang yang ditulis musim panas lalu, ketika Putin menyebut Rusia dan Ukraina "satu bangsa".

Baca juga: Rusia Umumkan Gencatan Senjata di Mariupol, Ukraina Siapkan 45 Bus untuk Evakuasi

Ketika perang habis-habisan pecah bulan lalu, kiasan Putin bergema di seluruh Asia, dan terutama di Taiwan, di mana rakyatnya memperjuangkan tema sejarah serupa yang digunakan oleh para pemimpin di Beijing.

Mengutuk Invasi

Singapura telah mengutuk invasi Rusia ke Ukraina dalam istilah yang paling kuat, memberikan suara untuk mengecamnya di PBB dan bergabung dengan sanksi besar-besaran terhadap ekonominya.

China, sementara itu, dengan perhitungan strategisnya sendiri, melakukan hal sebaliknya. Beijing tetap menjadi satu-satunya anggota Dewan Keamanan PBB yang memberi Kremlin perlindungan politik yang signifikan.

Jika "keputusan gila dan kesalahan sejarah adalah pembenaran untuk menyerang orang lain," kata Lee, "Saya pikir banyak dari kita akan merasa sangat tidak aman di Asia-Pasifik, tetapi juga di seluruh dunia."

Pemimpin Singapura melihat konflik sebagai ancaman kerangka multilateral di mana negara-negara saingan bekerja sama dalam isu-isu global termasuk perdagangan, perubahan iklim dan non-proliferasi.

Baca juga: Taiwan Pelajari Taktik Perang Ukraina Lawan Rusia, Diskusikan dengan AS

Dia juga mengisyaratkan potensi perlombaan senjata di Asia. Negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan mungkin berusaha menjamin keamanan mereka sendiri. Misalnya dengan opsi kekuatan ofensif, yang mencakup kemampuan nuklir, meskipun ada risiko yang jelas.

"Apa yang terjadi di Ukraina pasti akan berdampak besar pada hubungan AS-China. Itu akan membebani mereka; itu sudah membuat mereka tegang," kata Lee.

Penyelarasan Beijing dengan Moskwa mungkin menyebabkan keretakan ideologis lebih lanjut dengan Barat. Namun, PM Singapura mengaku tidak melihat dampak yang sama di lingkungan terdekat China.

"Saya tidak berpikir bahwa di kawasan (Asia Pasifik), fakta bahwa China menolak menjauhkan diri dari Rusia, merugikan," kata pemimpin negara kota di Asia Tenggara itu.

"Semua negara di kawasan —mereka mengkhawatirkan kedaulatan dan prinsip-prinsip piagam PBB—tetapi pada saat yang sama, mereka menginginkan hubungan mereka dengan China. Beberapa dari mereka memiliki hubungan signifikan dengan Rusia, misalnya, India."

Baca juga: Apa Keistimewaan Abramovich dalam Perannya Menengahi Perdamaian Rusia-Ukraina?

Namun Lee menyorot penolakan Beijing untuk mengutuk tindakan Rusia di Ukraina, yang bertentangan dengan pandangan negaranya tentang kedaulatan dan integritas teritorial.

"Saya pikir itu memberi mereka (China) pertanyaan canggung. Karena di Ukraina, itu melanggar prinsip-prinsip yang sangat dipegang teguh China—integritas teritorial, dan kedaulatan dan non-intervensi," kata Lee, tanggapannya kemungkinan merujuk ke wilayah yang sensitif secara politik termasuk Taiwan, Xinjiang dan Tibet.

Dalam beberapa tahun terakhir, PM Singapura telah berbicara panjang lebar tentang apa yang tampaknya menjadi tantangan geopolitik utama dari periode pasca-Perang Dingin.

Dia menyorot kebangkitan China yang cepat dan kebutuhan untuk mengintegrasikannya secara damai ke dalam tatanan dunia yang ada.

Saat Lee dan Biden merilis pernyataan bersama dan memberikan pernyataan yang telah disiapkan di luar Gedung Putih, PM Singapura menguraikan posisi negaranya mengenai Ukraina.

Baca juga: Rusia Tawarkan Rp 100 Juta Per Bulan kepada Tentara Bayaran Suriah untuk Berperang di Ukraina

Dia menegaskan bahwa kedaulatan, kemerdekaan politik, dan integritas teritorial semua negara, besar dan kecil, harus dihormati. Invasi militer tanpa alasan terhadap negara berdaulat dengan dalih apa pun tidak dapat diterima.

“Kami tidak dapat memaafkan negara mana pun yang berargumen bahwa kemerdekaan negara lain adalah hasil dari sejarah, kesalahan dan keputusan gila," katanya.

Perang di Ukraina menurutnya berimplikasi pada Asia-Pasifik. Ada potensi titik konflik dan isu-isu kontroversial di kawasan yang jika tidak dikelola dengan baik juga dapat meningkat menjadi konflik terbuka.

“Negara-negara berkepentingan di kawasan perlu melakukan segala upaya untuk menyelesaikan perselisihan melalui cara damai sehingga kita dapat menghindari mencapai titik kritis yang tidak bisa diperbaiki lagi," kata Lee.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com