Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jerman Ingatkan Tak Boikot Minyak Rusia

Kompas.com - 07/03/2022, 14:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KYIV, KOMPAS.com - Sejumlah kota di pinggiran Kyiv, Chernihiv di utara, Mykolaiv di selatan, dan Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, menghadapi peningkatan serangan penembakan pada Minggu (6/3/2022) malam, kata Penasihat Presiden Ukraina, Oleksiy Arestovich.

Artileri berat menghantam daerah permukiman di Kharkiv dan aksi penembakan juga merusak sebuah menara televisi, menurut pejabat setempat.

Serangan itu menghancurkan harapan akan lebih banyak orang yang dapat melarikan diri dari pertempuran di Ukraina, di mana rencana Rusia untuk segera menguasai negara itu telah dihalangi oleh perlawanan sengit.

Baca juga: Rusia Gempur Mariupol Ukraina Tanpa Henti, 200.000 Orang Tak Bisa Mengungsi

Rusia telah membuat kemajuan signifikan di Ukraina selatan dan di sepanjang pantai, tetapi banyak dari upayanya terhenti, termasuk konvoi militer besar yang hampir tidak bergerak selama berhari-hari di utara Kyiv.

Makanan, air, obat-obatan, dan hampir semua persediaan lainnya sangat terbatas di kota pelabuhan selatan Mariupol, di mana pasukan Rusia dan Ukraina telah menyetujui gencatan senjata selama 11 jam yang akan memungkinkan warga sipil dan yang terluka dievakuasi.

Namun, serangan Rusia dengan cepat menutup akses koridor kemanusiaan, kata pejabat Ukraina.

"Tidak boleh ada 'koridor hijau' karena hanya otak Rusia yang sakit yang memutuskan kapan harus mulai menembak dan kepada siapa," kata Penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina, Anton Gerashchenko, di Telegram.

Baca juga: Umumkan Penghentian Penjualan Mesin Roket, Rusia Suruh AS ke Luar Angkasa ‘Pakai Sapu Lain

Presiden Ukraina Voldymyr Zelensky mendesak rakyatnya untuk tetap melawan, terutama di kota-kota yang diduduki Rusia.

"Kamu harus turun ke jalan! Kamu harus bertarung!” katanya, Sabtu (5/3/2022). "Perlu untuk keluar dan mengusir kejahatan ini dari kota-kota kita, dari tanah kita.”

Zelensky juga meminta Amerika Serikat (AS) dan negara-negara NATO untuk mengirim lebih banyak pesawat tempur ke Ukraina, meskipun gagasan itu diperumit oleh pertanyaan tentang negara mana yang akan menyediakan pesawat dan bagaimana negara-negara itu akan mengganti pesawat.

Dia kemudian mendesak Barat untuk memperketat sanksinya terhadap Rusia, dengan mengatakan bahwa keberanian agresor adalah sinyal yang jelas bahwa sanksi yang ada tidak cukup.

Perang yang kini memasuki hari ke-11, telah menyebabkan 1,5 juta orang mengungsi dari Ukraina. Kepala Badan Pengungsi PBB Filippo Grandi menyebut eksodus itu sebagai krisis pengungsi yang tumbuh paling cepat di Eropa sejak Perang Dunia II.

Baca juga: Narasi Berbeda TV Rusia soal Perang di Ukraina: Salahkan Kyiv Sendiri, Tidak Sebut Invasi

Minyak Rusia

Minggu (7/3/2022) pagi, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, AS dan Eropa sangat aktif mendiskusikan menargetkan bahan bakar fosil Rusia saat perang meningkat.

Namun Jerman, yang saat ini menjabat sebagai presiden G7, Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock mengatakan langkah seperti itu tidak akan ada gunanya karena tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang.

"Tidak ada gunanya jika dalam tiga minggu kami mengetahui bahwa listrik kami hanya tersisa untuk beberapa hari di Jerman, oleh karena itu kami mempertimbangkan lagi sanksi ini,” katanya kepada penyiar publik Jerman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com