Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Tuduh AS Ciptakan Kepanikan dengan Sanksi ke Rusia Terkait Ukraina

Kompas.com - 24/02/2022, 13:15 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Pemerintah China pada Rabu (23/2/2022) menuduh Amerika Serikat (AS) "menciptakan kepanikan" dan mempertajam ketegangan setelah pemerintahan Biden menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas tuduhan invasi awal ke Ukraina.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying mengatakan kepada wartawan selama konferensi pers bahwa "AS telah mengirim senjata ke Ukraina, meningkatkan ketegangan, menciptakan kepanikan dan bahkan meningkatkan kemungkinan perang."

Baca juga: Umumkan Operasi Militer Rusia di Donbass, Putin Suruh Tentara Ukraina Pulang

"Pertanyaan kunci di sini adalah peran apa yang dimainkan AS - biang keladi ketegangan saat ini di sekitar Ukraina -," kata Chunying sebagaimana dilansir Business Insider.

"Jika seseorang terus menuangkan minyak ke api sambil menuduh orang lain tidak melakukan yang terbaik untuk memadamkan api, perilaku seperti itu jelas tidak bertanggung jawab dan tidak bermoral."

Ketika ditanya oleh seorang reporter apakah China akan bergabung dengan AS, Inggris, dan Uni Eropa dalam memberikan sanksi kepada Rusia atas agresinya di Ukraina, Chunying menjawab, "Posisi kami adalah bahwa sanksi secara mendasar tidak pernah menjadi cara yang efektif untuk memecahkan masalah.”

"Kami secara konsisten menentang semua sanksi sepihak ilegal," katanya.

Baca juga: Rusia Umumkan Perang, Kota-kota Besar Ukraina Langsung Dihantam Ledakan

Chunying melanjutkan, "Saya juga ingin menunjukkan bahwa sanksi sepihak ilegal oleh beberapa negara termasuk AS telah menyebabkan kesulitan besar bagi ekonomi dan mata pencaharian negara-negara terkait."

"Saat menangani masalah Ukraina dan hubungan dengan Rusia, AS tidak boleh merugikan hak dan kepentingan sah China dan pihak lain," kata Chunying.

Meskipun China menyatakan bahwa sanksi bukanlah cara yang efektif untuk mendekati krisis atau perselisihan geopolitik, Beijing sendiri menggunakannya terhadap AS – termasuk terhadap kontraktor pertahanan AS dalam seminggu terakhir atas penjualan senjata ke Taiwan.

Beijing dan Moskwa cenderung berpihak satu sama lain dalam masalah geopolitik. China bahkan mengeluarkan pernyataan bersama dengan Moskwa awal bulan ini yang mengutuk NATO.

Baca juga: Putin Perintahkan Operasi Militer Rusia di Ukraina

Ketika negara-negara di seluruh dunia dengan keras mengutuk tindakan Rusia minggu ini sebagai serangan terang-terangan terhadap norma-norma internasional, China berusaha untuk mengambil nada yang lebih netral.

Pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada Senin (21/2/2022) malam, Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun mengatakan, "Situasi saat ini di Ukraina adalah hasil dari banyak faktor yang kompleks. China selalu membuat posisinya sendiri menurut permasalahannya. Kami percaya bahwa semua negara harus menyelesaikan perselisihan internasional dengan cara damai sesuai dengan tujuan dan prinsip Piagam PBB."

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Global
Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Internasional
Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com