Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

COVAX Kirim 1 Miliar Vaksin Covid-19, Tapi Kesenjangan Masih Tinggi

Kompas.com - 17/01/2022, 14:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Skema pasokan vaksin global COVAX yang dipimpin PBB telah mengirimkan satu miliar dosis vaksin Covid-19. Program COVAX didirikan pada tahun 2020 untuk memastikan akses global terhadap vaksin virus corona, terutama ke negara-negara miskin.

Program ini didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), aliansi vaksin Gavi, dan Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI).

Baca juga: Protes Anti-Vaksin Covid-19 Bulgaria Rusuh, Massa Coba Menyerbu Gedung Parlemen

Sebuah tonggak penting

"COVAX telah mengirimkan dosis pertama vaksin Covid-19 ke 144 negara dan wilayah di seluruh dunia," tulis kepala eksekutif Gavi Seth Berkley di Twitter.

"Ini adalah tonggak penting dalam peluncuran vaksin global terbesar dan tercepat dalam sejarah," sambung Berkley.

Pesawat yang membawa kiriman dengan dosis satu miliar itu tiba di Kigali, Rwanda, pada Sabtu (15/1/2022) malam, kata Berkley.

"Saya merasa bangga tetapi juga rendah hati mengetahui seberapa jauh kita harus pergi untuk melindungi semua orang dan memecahkan ketidakadilan vaksin," twitnya.

COVAX mulai mengirimkan vaksin pada Februari 2021, dengan dosis pertama mencapai Ghana. Sejak saat itu, COVAX telah memasok vaksin ke 144 negara dan telah menerima sumbangan lebih dari 10 miliar dollar AS (Rp 143 triliun).

Baca juga: Pfizer Produksi Vaksin Covid-19 khusus Varian Omicron Akan Siap pada Maret

Pengiriman vaksin di bawah target

Namun, pasokan vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah masih tetap terbatas setelah dosis awalnya tersedia pada Desember 2020.

Ini karena mereka dipaksa untuk bersaing dengan negara-negara kaya yang membeli suntikan dari pembuat vaksin dengan harga premium dan menimbunnya. Banyak negara bahkan membatasi ekspor vaksin.

Tetapi pengiriman telah meningkat secara eksponensial pada kuartal terakhir, kata Gavi.

Namun, program tersebut jauh dari rencana awalnya untuk memberikan dua miliar dosis pada akhir tahun 2021.

Rencana COVAX juga hanya memasok vaksin yang diperoleh langsung oleh program dengan menggunakan dana para donatur. Namun, dari satu miliar dosis, sekitar sepertiganya disumbangkan oleh negara-negara kaya.

Perubahan strategi ini menyebabkan penundaan karena beberapa donor meminta agar suntikan dikirim ke negara-negara yang mereka pilih.

Baca juga: Ketika Kasus Visa Novak Djokovic “Dimanfaatkan” oleh Kelompok Anti-Vaksin

Ketidaksetaraan vaksin tetap tinggi

Terlepas dari tonggak satu miliar, sebagian besar penduduk di negara-negara miskin tetap belum divaksinasi.

Sekitar 67 persen dari populasi di negara-negara kaya telah divaksinasi dibandingkan dengan hanya 5 persen di negara-negara miskin, menurut data WHO. Bahkan, lebih dari 40 persen populasi dunia belum menerima dosis tunggal.

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Kamis (13/1/2022) menunjukkan bahwa lebih dari 85 persen orang di Afrika belum menerima dosis tunggal.

Baca juga: Cerita Pria India yang Mengaku Disuntik 11 Dosis Vaksin Covid: Sakit dan Nyeri di Badan Hilang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com