Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Tunda Kedatangan Pelajar dari Indonesia, tapi Ada yang Bisa Datang

Kompas.com - 03/12/2021, 19:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Ada yang tetap datang lewat program di Sydney

Di saat banyak mahasiswa internasional masih menunggu kejelasan kepastian kapan mereka bisa berangkat ke Australia, ratusan mahasiswa internasional yang sekolah di negara bagian New South Wales tetap akan datang pekan depan.

Pemerintah negara bagian New South Wales tetap melanjutkan program pertamanya untuk mendatangkan mahasiswa internasional, yang pernah diumumkan bulan September lalu.

Sekitar 250 mahasiswa internasional akan tiba di Sydney pada hari Senin, 6 Desember, dengan penerbangan sewaan.

Salah satunya adalah Mario Johan Hartono asal Bandung yang tercatat sebagai mahasiswa University of Technology Sydney (UTS).

Saat mendengar kabar tersebut Mario merasa sangat gembira.

"Saya tak pernah menyangka bakal secepat itu terbang ke Australia," ujarnya.

Program mendatangkan mahasiswa internasional ke Sydney akan dimulai tanggal 6 Desember mendatang.AAP/JOEL CARRETT via ABC INDONESIA Program mendatangkan mahasiswa internasional ke Sydney akan dimulai tanggal 6 Desember mendatang.
Ia menerima e-mail dari UTS pada bulan Oktober lalu jika dirinya telah dipilih untuk ikut dalam program dengan bayaran 2.000 dollar Australia, atau lebih dari Rp 20 juta.

Mario juga mengatakan ia tidak diharuskan untuk karantina, tapi biaya tersebut sudah termasuk akomodasi untuk dua minggu.

Mahasiswa S2 'Media Practice and Industry' tersebut sudah mengundurkan diri dari tempat kerjanya dan menyiapkan dokumen serta kopernya untuk berangkat minggu depan.

Ia mengaku sangat senang dengan kepastian untuk berangkat ke Sydney setelah berusaha keras untuk kuliah di Australia sejak 2017.

"Enggak cuma ketidakpastian yang aku lalui selama bertahun-tahun, tapi ada juga harga yang harus dibayar untuk memegang impian ini ... sudah banyak biaya yang orangtua aku keluarkan untuk hal ini," ujarnya.

Tapi mendengar kabar ditundanya pembukaan perbatasan bagi mahasiswa internasional lain, ia turut berempati.

"I feel sorry to hear the news," katanya.

"Terasa sih, mungkin seperti dipermainkan ... mungkin mereka sudah ada rencana buat book penerbangan tahunya kabar begitu lagi."

Baca juga: Kepuasan Mahasiswa Australia terhadap Kampusnya Menurun Selama Pandemi Covid-19

"Hanya penundaan sementara"

Menteri Pendidikan Australia, Alan Tudge mengatakan penundaan disebabkan Australia masih akan mencari informasi soal varian Omicron.AAP/JULIAN SMITH via ABC INDONESIA Menteri Pendidikan Australia, Alan Tudge mengatakan penundaan disebabkan Australia masih akan mencari informasi soal varian Omicron.
Dalam pernyataannya kepada ABC Indonesia, Menteri Pendidikan Australia Alan Tudge mengatakan penundaan kedatangan mahasiswa internasional ke Australia, selain yang program dari Pemerintah NSW, bertujuan agar Pemerintah Australia bisa mencari informasi lebih banyak untuk memahami varian Omicron.

"Saya tahu ini mengecewakan banyak mahasiswa yang sudah tak sabar ke Australia, tapi ini hanya penundaan sementara," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com