Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transisi Energi di Eropa Terhambat Minimnya Bahan Baku

Kompas.com - 01/12/2021, 13:32 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Dekarbonisasi atau pembatasan emisi karbon dioksida adalah proses yang rumit karena harus merancang ulang jalannya kegiatan perekonomian. Saat ini, sistem energi netral iklim membutuhkan sejumlah besar bahan baku penting untuk menginstalasi dan menyimpan energi terbarukan.

Kian ambisiusnya target penanggulangan perubahan iklim dan naiknya harga bahan baku telah membuat investasi energi terbarukan menjadi lebih mahal dan lebih rentan terhadap ketegangan geopolitik. Masalah pandemi, investasi, rantai pasokan, dan logistik juga ikut memperburuk situasi.

Baru-baru ini dilaporkan bahwa harga panel surya yang sebagian besar diproduksi di China lebih mahal dan sulit ditemukan di pasaran. Para ahli pun memprediksi masalah ini akan tetap ada dalam beberapa tahun mendatang.

Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Energi Terbarukan

Harga komoditas terus bergejolak

"Harga sejumlah bahan baku meningkat signifikan dalam beberapa bulan terakhir, tetapi tentu saja harga minyak dan gas alam juga meningkat secara signifikan," Direktur Pusat Inovasi dan Teknologi IRENA, Dolf Gielen, mengatakan kepada DW. IRENA adalah Badan Energi Terbarukan Internasional.

Pakar perencanaan energi ini juga menambahkan bahwa permintaan bahan baku yang lebih tinggi didorong oleh besarnya permintaan bahan baku terkait produksi mobil elektrik "karena banyak pabrik baterai baru sedang dibangun."

Ia menambahkan bahwa ketidakpastian tetap ada, antara lain dapat berupa bentuk dan material dasar pembuatan generasi baterai masa depan. "Seperti apa baterainya, tepatnya, masih menjadi tanda tanya," kata Gielen.

"Beberapa tahun yang lalu, semua orang berbicara tentang kobalt, tetapi sekarang sepertinya jumlah kobalt yang dibutuhkan jauh lebih rendah daripada yang diperkirakan sebelumnya. Masa depan campuran bahan katoda masih belum pasti."

Setidaknya butuh beberapa tahun dan perencanaan keamanan jangka panjang untuk mewujudkan proyek-proyek pertambangan skala besar, terutama mengingat volatilitas harga yang tinggi. Tahun 2017 harga litium anjlok, tetapi dalam beberapa bulan terakhir harganya melonjak ke level rekor baru. Menurut Gielen, kita harus terbiasa dengan fluktuasi seperti itu.

Baca juga: Jenis-jenis Energi Terbarukan

Perburuan sumber litium dan nikel

"Mengenai litium, kita butuh lima kali lebih banyak dalam penambangan pada dekade ini, tetapi ada banyak kapasitas baru yang dikembangkan," ujar Gielen.

Litium adalah material yang paling banyak dibutuhkan terutama untuk produksi baterai. Material ini tersedia di beberapa daerah. Penambangan litium itu sendiri bukanlah faktor strategis yang besar, tetapi lebih kepada pemrosesannya, tambah Gielen. "China punya posisi dominan dalam pemrosesan litium menjadi baterai, dan perusahaan China membeli banyak pasokan litium baru."

Dalam jangka menengah, ketegangan geopolitik terkait litium kemungkinan besar dapat diatasi melalui fasilitas penambangan dan pemrosesan baru di Uni Eropa (UE). Peluang pasokan ada di Republik Ceko, Portugal, Spanyol, dan Jerman serta di negara-negara Eropa lain termasuk Inggris dan Serbia. Namun proyek pertambangan baru sulit diterima oleh warga lokal.

Nikel adalah mineral mentah utama lainnya untuk baterai. "Indonesia akan menjadi produsen utama nikel, menggantikan Filipina di posisi teratas," kata Gielen. "China kembali memproses sebagian besar sumber dayanya. Indonesia memberlakukan kebijakan lama dan mengharuskan nikel diproses langsung di dalam negeri. Jadi, China dan Indonesia akan mendominasi pasar nikel."

Secara keseluruhan, permintaan nikel diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dalam 10 tahun ke depan. UE memiliki simpanan nikelnya sendiri, termasuk di Finlandia dan di Kaledonia Baru.

Baca juga: Energi Terbarukan: Pengertian, Contoh, Manfaat, dan Kekurangannya

Material tanah jarang, ada di mana?

Tanah jarang atau rare earth, juga diperlukan untuk membuat magnet. Mineral ini jadi bagian ketiga dalam teka-teki transisi energi ini. China berada di depan Eropa dan Amerika, kata Beata Javorcik, Kepala Ekonom di European Bank for Reconstruction and Development.

"Pada 2010 China telah menguasai lebih dari 90% penambangan tanah jarang," kata Javorcik kepada DW. "Negara ini mengejutkan dunia dengan memberlakukan pembatasan ekspor. AS dan UE menentang keputusan itu dan menang, tetapi masih ada beberapa kekhawatiran bahwa pembatasan ekspor mungkin akan kembali berlaku."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com