Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota Taliban Bunuh 100 Mantan Pasukan Keamanan Afghanistan

Kompas.com - 01/12/2021, 12:49 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber BBC

KABUL, KOMPAS.com – Lebih dari 100 mantan pasukan keamanan Afghanistan telah dibunuh oleh anggota Taliban atau hilang sejak kelompok tersebut menduduki Kabul pada 15 Agustus.

Human Rights Watch (HRW) dalam laporan terbarunya menuturkan, amnesti yang dijanjikan oleh petinggi Taliban tidak mampu mencegah komandan lokal menyerang mantan tentara dan polisi Afghanistan.

HRW juga menuduh petinggi Taliban justru memaafkan pembunuhan terhadap mantan pasukan keamanan Afghanistan yang disengaja.

Baca juga: Delegasi AS Gelar Pertemuan dengan Taliban di Qatar, Ini yang Dibahas

Seorang juru bicara Taliban baru-baru ini membantah adanya pembunuhan atas nama balas dendam sebagaimana dilansir BBC, Selasa (30/11/2021).

Setelah kembali berkuasa di Afghanistan, Taliban meyakinkan mantan staf pemerintah sebelumnya bahwa mereka akan aman dan diberi pengampunan.

Mantan polisi dan tentara Afghanistan juga termasuk pihak yang dijanjikan keamanannya.

Namun, banyak yang meragukan janji tersebut. Pasalnya, Taliban memiliki sejarah panjang dalam pembunuhan personel pasukan keamanan dan tokoh masyarakat sipil.

Baca juga: Dokter Muda Afghanistan Dibunuh Taliban karena Tak Berhenti di Pos Pemeriksaan

Kelompok tersebut diyakini bertanggung jawab atas serangkaian pembunuhan yang kejam dan berdarah dalam tempo 18 bulan antara awal 2020 hingga Agustus 2021.

Para korban tewas tersebut termasuk hakim, jurnalis, dan aktivis perdamaian.

Sejumlah analis mengatakan, pembunuhan-pembunuhan itu dirancang untuk menghilangkan para pengkritik menjelang kembalinya Taliban kekuasaan dan menanamkan rasa takut pada mereka yang masih hidup.

Menurut laporan HRW, pembunuhan terus berlanjut ketika Taliban kembali berkuasa di negara itu.

Lebih dari 100 orang terbunuh atau hilang di empat provinsi yakni Ghazni, Helmand, Kunduz, dan Kandahar.

Baca juga: Pemimpin Pemerintahan Taliban Muncul dan Berjanji Tidak Ikut Campur Urusan Negara Lain

HRW menambahkan, Taliban mengarahkan mantan personel pasukan keamanan Afghanistan yang menyerah untuk mendaftar agar menerima surat yang menjamin keselamatan mereka.

Bukannya memberi surat, daftar tersebut justru dimanfaatkan komandan lokal sebagai informasi untuk menahan, mengeksekusi, atau "menghilangkan" targetnya beberapa hari setelahnya.

HRW melanjutkan, beberapa personel Taliban juga menggunakan catatan pekerjaan yang ditinggalkan pemerintah sebelumnya untuk mengidentifikasi orang-orang yang akan ditangkap dan dieksekusi.

“Amnesti yang dijanjikan kepemimpinan Taliban tidak menghentikan komandan lokal untuk mengeksekusi atau menghilangkan mantan anggota pasukan keamanan Afghanistan,” kata Direktur Divisi Asia HRW Patricia Gossman.

“Beban ada pada Taliban untuk mencegah pembunuhan lebih lanjut, meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab, dan memberi kompensasi kepada keluarga korban,” sambung Gossman.

Baca juga: Laporan 100 Hari Pertama Setelah Taliban Berkuasa di Afghanistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com