Pada Oktober, Barbados memilih Sandra Mason untuk menjadi presiden pertamanya, satu tahun setelah Perdana Menteri Mia Mottley menyatakan negara itu akan sepenuhnya meninggalkan masa lalu kolonialnya.
Namun beberapa warga Barbados berpendapat, ada masalah-masalah nasional yang lebih mendesak untuk ditangano, termasuk gejolak ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang menggerogoti ketergantungan besar pada pariwisata, dan ironisnya bergantung pada pengunjung Inggris.
Angka penganggur juga hampir mencapai 16 persen, naik dari sembilan persen dalam beberapa tahun terakhir, meskipun pinjaman pemerintah meningkat tajam untuk mendanai proyek-proyek sektor publik dan menciptakan lapangan kerja.
Barbados baru saja melonggarkan jam malam Covid yang sudah berlangsung lama, menerapkannya kembali dari jam 9.00 malam hingga tengah malam.
Beberapa kritik juga terfokus pada Mottley yang mengundang Pangeran Charles menjadi tamu kehormatan, dan menganugerahinya Order of Freedom of Barbados yaitu kehormatan nasional tertinggi.
"Keluarga Kerajaan Inggris adalah sumber eksploitasi di wilayah ini dan, hingga saat ini, mereka belum menawarkan permintaan maaf resmi atau perbaikan apa pun atas kerusakan di masa lalu," kata Kristina Hinds, dosen hubungan internasional di Universitas Hindia Barat Barbados.
Baca juga: Mengenal Barbados, Persemakmuran Inggris yang Pisah jadi Republik
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.