Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Minta Amerika Serikat Bebaskan Aset Afghanistan yang Dibekukan

Kompas.com - 18/11/2021, 04:24 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

KABUL, KOMPAS.com - Taliban meminta anggota Kongres Amerika Serikat untuk bertindak membebaskan aset Afghanistan yang dibekukan setelah pengambilalihan kekuasaan pada Agustus.

Dalam sebuah surat terbuka pada Rabu (17/11/2021), Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi mengatakan tantangan terbesar yang dihadapi Afghanistan saat ini adalah ketidakamanan keuangan.

"Dan akar dari kekhawatiran ini mengarah kembali ke pembekuan aset rakyat kita oleh pemerintah Amerika," kata Muttaqi, seperti yang dilansir dadri Al Jazeera pada Rabu (17/11/2021).

Baca juga: Taliban Serbu Persembunyian ISIS-K di Afghanistan Selatan, 4 Milisi Tewas

“Saya meminta...agar pintu untuk hubungan di masa depan dibuka, aset Bank Sentral Afghanistan dicairkan dan sanksi terhadap bank kami dicabut,” harapnya dalam pernyataan tertulis tersebut.

Ia juga memperingatkan gejolak ekonomi di Afghanistan dapat menyebabkan masalah di luar negeri, mendorong migrasi massal bahwa “akibatnya akan menciptakan masalah kemanusiaan dan ekonomi lebih lanjut”.

Amerika Serikat telah menyita hampir 9,5 miliar dollar AS (Rp 135,3 triliun) aset milik bank sentral Afghanistan sejak Taliban mengambil alih kekuasaan.

Pada Oktober, Wakil Menteri Keuangan Amerika Serikat Wally Adeyemo mengatakan kepada komite Senat Amerika bahwa dia tidak melihat situasi di mana Taliban akan diizinkan untuk mengakses aset cadangan bank sentral Afghanistan.

Sementara itu, ekonomi Afghanistan yang bergantung pada bantuan asing telah jatuh secara efektif, dengan pegawai negeri tidak dibayar selama berbulan-bulan dan perbendaharaan tidak mampu membayar impor.

Baca juga: Tentara Australia Bertaruh Nyawa Tangkap Anggota Taliban, Malah Dilepas Polisi Afghanistan

Negara asing yang peduli terhadap Afghanistan telah menjanjikan ratusan juta dolar dalam bantuan.

Namun banyak yang enggan untuk memberikan dana, kecuali jika Taliban menyetujui pemerintah yang lebih inklusif dan untuk menjamin hak-hak perempuan dan minoritas.

“Saya menyampaikan pujian kami kepada Anda dan ingin berbagi beberapa pemikiran tentang hubungan bilateral kami,” tulis Muttaqi, mencatat bahwa 2021 adalah 100 tahun Washington mengakui kemerdekaan Afghanistan.

“Seperti negara-negara dunia lain, hubungan bilateral kita juga mengalami pasang surut,” tambahnya, meremehkan perang 20 tahun antara pasukan asing pimpinan AS dan kelompok di negara itu.

Hingga saat ini, Washington belum mengakui Taliban sebagai pemerintah yang sah di Afghanistan, meskipun pekan lalu pemerintahan Presiden Joe Biden mengumumkan bahwa Qatar akan menjadi perwakilan diplomatiknya di negara tersebut.

Baca juga: Pasukan Taliban Berparade Militer Pakai Senjata Peninggalan AS

Taliban ingin pemerintahan stabil

Dalam surat itu, Muttaqi berpendapat bahwa Afghanistan menikmati pemerintahan yang stabil untuk pertama kalinya dalam lebih dari 40 tahun.

Periode invasi yang dimulai oleh Uni Soviet pada 1979 dan berakhir dengan penarikan pasukan Amerika Serikat terakhir pada 31 Agustus.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com