Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daftar Kota dengan Respons Covid-19 Terbaik, Jakarta Masuk Peringkat 50 Besar

Kompas.com - 10/11/2021, 13:30 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Lebih dari 20 bulan setelah Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO, beberapa negara telah mengelola pandemi global lebih baik daripada yang lain.

Hal yang sama dapat dikatakan untuk kota-kota di dunia, yang berusaha mengendalikan virus secara sektoral.

Baca juga: 4 Negara Klaim Tak Punya Kasus Covid-19 sampai Sekarang

Memahami bagaimana perjuangan kota-kota di seluruh dunia dalam perang melawan Covid-19 nyatanya lebih rumit daripada membandingkan tingkat infeksi dan aturan masker antar negara.

Badan analitik yang berbasis di London, Deep Knowledge Analytics (DKA) memeriksa 114 variabel di lima kategori respons pandemi: ketahanan ekonomi, pemerintahan, perawatan kesehatan, karantina, dan vaksinasi.

Hasil analitik DKA yang diterbitkan dalam laporan September setebal 116 halaman berjudul "Peringkat Keamanan Kota Covid-19 Q2/2021"

Secara total, DKA menganalisis 8.200 data, naik dari 1.250 dalam laporan kota pertamanya yang diterbitkan pada Maret, yang menyentuh topik mulai dari masa karantina dan paket dukungan ekonomi hingga perlawanan sipil di antara penduduk.

Baca juga: Cerita Warga Singapura Sulit Makan Selama Pandemi Covid-19

Berikut ini peringkat 50 besar dunia dalam daftar kota dengan respons Covid-19 terbaik dari 72 kota yang dianalisis DKA.

  1. Abu Dhabi: 73,16 — Tingkat Vaksinasi No. 1
  2. Singapura: 71,69 — No. 1 dalam Ketahanan Ekonomi
  3. Seoul: 71,41 — No. 1 dalam Manajemen Perawatan Kesehatan
  4. Tel Aviv-Yafo: 67.28
  5. Dubai: 67,02
  6. Toronto: 65,40
  7. Sydney: 65,24
  8. Zürich: 65,23
  9. Dublin: 64,75
  10. Ottawa: 64,58 — No. 1 dalam Efisiensi Pemerintah
  11. London: 64.14
  12. Amsterdam: 63,75
  13. Berlin: 63,31
  14. Tokyo: 63.09
  15. Kopenhagen: 62,93
  16. Beijing: 62,81 — Efisiensi Karantina No. 1
  17. New York: 62,50
  18. Shanghai: 61,83
  19. Auckland: 61,47
  20. Brussel: 60,63
  21. Helsinki: 60,26
  22. Wellington: 60,02
  23. Bern: 59,98
  24. Hong Kong: 59,45
  25. Los Angeles: 59,40
  26. Stockholm: 58,92
  27. Canberra: 58,66
  28. Oslo: 58,62
  29. Yerusalem: 58,34
  30. Warsawa: 58.30
  31. Riyadh: 57,47
  32. Madrid: 57,34
  33. Wina: 56,45
  34. Valletta: 56,37
  35. Budapest: 56.20
  36. Doha: 55,82
  37. Moskow: 55.50
  38. Paris: 54.09
  39. Praha: 53,75
  40. Roma: 53,61
  41. Kuala Lumpur: 53.45
  42. Zagreb: 53,01
  43. Bratislava: 52,43
  44. Hanoi: 51,68
  45. Manila: 51,61
  46. Athena: 51,58
  47. Jakarta: 51.43
  48. Ankara: 51.08
  49. Bukares: 50,93
  50. Lisbon: skor 50,3

Baca juga: Kota di China Ini Tawarkan Rp 222 Juta untuk Lacak Penularan Covid-19 Terbaru

Lisbon yang berada di peringkat 50 tergolong sebagai kota yang tertinggal dalam program peluncuran vaksin yang sulit pada paruh pertama 2021.

Namun, Portugal sekarang memiliki salah satu tingkat vaksinasi tertinggi di dunia, dengan hampir 86 persen populasi telah menerima dua dosis, menurut Pusat Sumber Daya Coronavirus Johns Hopkins.

Kota-kota termasuk Istanbul, Johannesburg, Bangkok, New Delhi, Kairo, Mexico City dan Baghdad dianalisis, tetapi tidak masuk dalam daftar 50 teratas.

CNBC pada Selasa (2/11/2021) melaporkan banyak orang yang tinggal di kota yang berperingkat tinggi dalam daftar DKA tidak setuju dengan posisi teratas kota mereka.

Laporan kemarahan dan kebingungan atas langkah-langkah keamanan Covid-19 dan mandat vaksin telah menyebabkan protes besar-besaran di Eropa dan AS. Termasuk dengan penolakan apa yang disebut strategi "Nol Covid" di beberapa bagian Asia dan Australia.

Sementara meski tingkat kepuasan pemerintah meningkat di Seoul dan Abu Dhabi, nilai respons Covid-19 mereka jatuh di bawah 80 persen dalam analisis selama pandemi, menurut laporan itu.

Skor rata-rata untuk semua kota adalah 55,36 dari kemungkinan 100 poin, menunjukkan "setiap kota memiliki ruang perlu untuk ditingkatkan," kata Direktur DKA Alexei Cresniov.

Baca juga: Singapura dan Malaysia Akan Saling Buka Perbatasan, Usai Tutup 20 Bulan karena Covid-19

Tindakan tepat yang dilakukan kota-kota teratas

Kota-kota yang berperingkat tinggi dalam daftar cenderung bertindak lebih awal dan cepat, kata Cresniov.

Negara-negara yang telah memiliki ‘rencana respons’ karena krisis kesehatan sebelumnya, seperti Singapura, Korea Selatan dan Uni Emirat Arab, dinilai lebih siap, menurut laporan itu.

Italia, sebaliknya, memiliki rencana pandemi tetapi gagal mengimplementasikannya, kata Cresniov.

Kota-kota yang telah, atau yang dengan cepat, mengembangkan teknologi yang berhubungan dengan pelacakan kontak, telemedicine dan distribusi vaksinasi, menduduki peringkat tinggi dalam daftar.

Wilayah metropolitan di negara-negara dengan pemerintahan otoriter, atau di tempat-tempat yang menerapkan langkah-langkah ketat untuk memerangi pandemi, juga menempati peringkat tinggi.

Namun menurut Cresniov, keseimbangan (pelonggaran pembatasan) menjadi perlu ketika situasi berkembang lebih baik.

Pada "tahap selanjutnya, hal utama adalah keseimbangan ... antara penguncian dan sumber daya populasi Anda," katanya.

Baca juga: Ahli WHO Merasa Sekaranglah Titik Pengendalian Covid-19

Dia menambahkan bahwa penguncian atau lockdown mulai gagal karena kerugian ekonomi dan psikologis meningkat.

Akhirnya, populasi yang memercayai pemerintah daerah mereka bernasib lebih baik dalam memerangi virus corona, kata Cresniov.

Itu terlihat di Abu Dhabi dan juga di Asia pada umumnya, di mana, katanya, "Ketika pemerintah mengatakan ada pandemi dan 'tolong orang-orang tinggal di rumah,' orang-orang patuh."

Sebaliknya menurut laporan itu, kurangnya kepercayaan menghambat respons pandemi, seperti di Hong Kong, serta Rusia dan negara demokrasi liberal di Barat, seperti Amerika Serikat, Kanada, dan banyak negara Eropa.

Baca juga: Menuju Era Pil Obat Covid-19, Akankah Mengakhiri Pandemi?

Temuan Utama

Laporan "Peringkat Keamanan Kota Covid-19 Q2/2021" analisa DKA juga menemukan bahwa:

  • Secara global, pandemi mengungkap koordinasi yang buruk antara pemerintah pusat dan otoritas kota.
  • Tidak ada kota yang memiliki kapasitas perawatan kesehatan untuk mendukung lonjakan besar penyakit yang disebabkan oleh pandemi.
  • Hanya 10 persen kota yang menyiapkan "rencana yang dipikirkan dengan matang" dari dukungan ekonomi untuk warga dan bisnis (dalam kondisi pandemi). Tetiana Humeniuk, kepala analitik di DKA, mengutip bahwa hanya London, Berlin, dan Toronto sebagai contoh kota yang memiliki rencana dukungan sosial tersebut.
  • Hanya 25 persen kota yang mengadopsi langkah-langkah untuk "meratakan kurva" infeksi secara efektif dan cepat. Sementara hanya 11 persen kota yang diuji dan dilacak kontaknya secara menyeluruh. Langkah-langkah itu, bersama dengan karantina, "adalah kunci untuk memerangi pandemi," menurut laporan itu, yang mengakui bahwa aplikasi pelacakan kontak kontroversial (terkait data pribadi), tetapi "metode ini membuktikan efektivitasnya sendiri dalam pandemi Covid-19."
  • Hanya 17 persen kota yang memiliki strategi pasca-Covid yang menyeluruh, menurut penelitian tersebut.
  • Negara-negara di seluruh dunia merespons pandemi secara lebih individual daripada kolektif, menurut laporan itu.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com