Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Daftar Kota dengan Respons Covid-19 Terbaik, Jakarta Masuk Peringkat 50 Besar

KOMPAS.com - Lebih dari 20 bulan setelah Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO, beberapa negara telah mengelola pandemi global lebih baik daripada yang lain.

Hal yang sama dapat dikatakan untuk kota-kota di dunia, yang berusaha mengendalikan virus secara sektoral.

Memahami bagaimana perjuangan kota-kota di seluruh dunia dalam perang melawan Covid-19 nyatanya lebih rumit daripada membandingkan tingkat infeksi dan aturan masker antar negara.

Badan analitik yang berbasis di London, Deep Knowledge Analytics (DKA) memeriksa 114 variabel di lima kategori respons pandemi: ketahanan ekonomi, pemerintahan, perawatan kesehatan, karantina, dan vaksinasi.

Hasil analitik DKA yang diterbitkan dalam laporan September setebal 116 halaman berjudul "Peringkat Keamanan Kota Covid-19 Q2/2021"

Secara total, DKA menganalisis 8.200 data, naik dari 1.250 dalam laporan kota pertamanya yang diterbitkan pada Maret, yang menyentuh topik mulai dari masa karantina dan paket dukungan ekonomi hingga perlawanan sipil di antara penduduk.

Berikut ini peringkat 50 besar dunia dalam daftar kota dengan respons Covid-19 terbaik dari 72 kota yang dianalisis DKA.

Lisbon yang berada di peringkat 50 tergolong sebagai kota yang tertinggal dalam program peluncuran vaksin yang sulit pada paruh pertama 2021.

Namun, Portugal sekarang memiliki salah satu tingkat vaksinasi tertinggi di dunia, dengan hampir 86 persen populasi telah menerima dua dosis, menurut Pusat Sumber Daya Coronavirus Johns Hopkins.

Kota-kota termasuk Istanbul, Johannesburg, Bangkok, New Delhi, Kairo, Mexico City dan Baghdad dianalisis, tetapi tidak masuk dalam daftar 50 teratas.

CNBC pada Selasa (2/11/2021) melaporkan banyak orang yang tinggal di kota yang berperingkat tinggi dalam daftar DKA tidak setuju dengan posisi teratas kota mereka.

Laporan kemarahan dan kebingungan atas langkah-langkah keamanan Covid-19 dan mandat vaksin telah menyebabkan protes besar-besaran di Eropa dan AS. Termasuk dengan penolakan apa yang disebut strategi "Nol Covid" di beberapa bagian Asia dan Australia.

Sementara meski tingkat kepuasan pemerintah meningkat di Seoul dan Abu Dhabi, nilai respons Covid-19 mereka jatuh di bawah 80 persen dalam analisis selama pandemi, menurut laporan itu.

Skor rata-rata untuk semua kota adalah 55,36 dari kemungkinan 100 poin, menunjukkan "setiap kota memiliki ruang perlu untuk ditingkatkan," kata Direktur DKA Alexei Cresniov.

Tindakan tepat yang dilakukan kota-kota teratas

Kota-kota yang berperingkat tinggi dalam daftar cenderung bertindak lebih awal dan cepat, kata Cresniov.

Negara-negara yang telah memiliki ‘rencana respons’ karena krisis kesehatan sebelumnya, seperti Singapura, Korea Selatan dan Uni Emirat Arab, dinilai lebih siap, menurut laporan itu.

Italia, sebaliknya, memiliki rencana pandemi tetapi gagal mengimplementasikannya, kata Cresniov.

Kota-kota yang telah, atau yang dengan cepat, mengembangkan teknologi yang berhubungan dengan pelacakan kontak, telemedicine dan distribusi vaksinasi, menduduki peringkat tinggi dalam daftar.

Wilayah metropolitan di negara-negara dengan pemerintahan otoriter, atau di tempat-tempat yang menerapkan langkah-langkah ketat untuk memerangi pandemi, juga menempati peringkat tinggi.

Namun menurut Cresniov, keseimbangan (pelonggaran pembatasan) menjadi perlu ketika situasi berkembang lebih baik.

Pada "tahap selanjutnya, hal utama adalah keseimbangan ... antara penguncian dan sumber daya populasi Anda," katanya.

Dia menambahkan bahwa penguncian atau lockdown mulai gagal karena kerugian ekonomi dan psikologis meningkat.

Akhirnya, populasi yang memercayai pemerintah daerah mereka bernasib lebih baik dalam memerangi virus corona, kata Cresniov.

Itu terlihat di Abu Dhabi dan juga di Asia pada umumnya, di mana, katanya, "Ketika pemerintah mengatakan ada pandemi dan 'tolong orang-orang tinggal di rumah,' orang-orang patuh."

Sebaliknya menurut laporan itu, kurangnya kepercayaan menghambat respons pandemi, seperti di Hong Kong, serta Rusia dan negara demokrasi liberal di Barat, seperti Amerika Serikat, Kanada, dan banyak negara Eropa.

Temuan Utama

Laporan "Peringkat Keamanan Kota Covid-19 Q2/2021" analisa DKA juga menemukan bahwa:

  • Secara global, pandemi mengungkap koordinasi yang buruk antara pemerintah pusat dan otoritas kota.
  • Tidak ada kota yang memiliki kapasitas perawatan kesehatan untuk mendukung lonjakan besar penyakit yang disebabkan oleh pandemi.
  • Hanya 10 persen kota yang menyiapkan "rencana yang dipikirkan dengan matang" dari dukungan ekonomi untuk warga dan bisnis (dalam kondisi pandemi). Tetiana Humeniuk, kepala analitik di DKA, mengutip bahwa hanya London, Berlin, dan Toronto sebagai contoh kota yang memiliki rencana dukungan sosial tersebut.
  • Hanya 25 persen kota yang mengadopsi langkah-langkah untuk "meratakan kurva" infeksi secara efektif dan cepat. Sementara hanya 11 persen kota yang diuji dan dilacak kontaknya secara menyeluruh. Langkah-langkah itu, bersama dengan karantina, "adalah kunci untuk memerangi pandemi," menurut laporan itu, yang mengakui bahwa aplikasi pelacakan kontak kontroversial (terkait data pribadi), tetapi "metode ini membuktikan efektivitasnya sendiri dalam pandemi Covid-19."
  • Hanya 17 persen kota yang memiliki strategi pasca-Covid yang menyeluruh, menurut penelitian tersebut.
  • Negara-negara di seluruh dunia merespons pandemi secara lebih individual daripada kolektif, menurut laporan itu.

https://www.kompas.com/global/read/2021/11/10/133000670/daftar-kota-dengan-respons-covid-19-terbaik-jakarta-masuk-peringkat-50

Terkini Lainnya

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Global
Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Internasional
[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

Global
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Global
Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke