Ia menghubungi bank yang ia yakini menyimpan rekening bersama atas namanya dan atas nama Aaron. Bank memberitahu nama Sophia tidak tercantum di rekening.
"Saya merasa tanah yang saya pijak ambles. Saya tidak percaya. Saya merasa bagai mengalami mimpi buruk sekali," ungkapnya.
"Kita melihat ada cerita, membaca cerita, kita mendengar cerita orang lain, tapi kita merasa kita tidak akan mengalaminya.
"Tapi itu benar-benar terjadi, karena adanya siksaan emosional yang tidak kita sadari bahwa kita sedang mengalaminya."
Sophia mulai menyelidiki pria yang dianggap sebagai pasangannya ini, dan mencari tahu apakah ia benar-benar bekerja di tempat yang ia ceritakan.
"Mereka mengatakan tak ada nama itu yang bekerja di sini.
"Sebenarnya pegawai bank Barclays-lah yang mengatakan, 'Anda harus mengakhiri percakapan ini dan segera menghubungi polisi'."
Dan itulah yang dilakukan Sophia. Kepolisian Thames Valley yang mencakup wilayah tempat tinggal Sophia, mengatakan kepada BBC pihaknya melakukan penyelidikan dugaan penipuan asmara.
Kasus itu dilaporkan ke kepolisian melalui skema rujukan dari Action Fraud pada Januari 2020.
Hingga kini belum ada orang yang ditangkap, tetapi proses penyelidikan masih berlangsung.
Kepolisian tidak membantah dan tidak pula mengukuhkan identitas terduga maupun korban dalam kasus ini.
Dua tahun kemudian, Sophia merasa berada dalam kondisi jauh lebih baik.
Baca juga: Pria Jerman Ditangkap atas Dugaan Kanibalisme, Berawal dari Kencan Online
Kajian baru-baru ini yang dilakukan ombudsman keuangan memihak orang seperti Sophia.
Artinya, berdasarkan kode Contingent Reimbursement Model (CRM) Sophia adalah korban dari hal yang disebut authorised push scam atau penipuan transfer dana, sehingga bank secara hukum diwajibkan mengganti uang Sophia.
Proses mengembalikan uang dari bank tidak mudah bagi Sophia.