KOMPAS.com - Buahnya kecil. Baunya manis. Mengundang siapa saja untuk menyantapnya.
Pada 1999, ahli radiologi Nicola Strickland, berlibur ke pulau Karibia dan tertarik dengan buah tropis yang ada di sana.
Gigitan pertama amat melegakan. Serasa menemukan surga dunia.
Baca juga: 4 Fakta Katak Panah Beracun, Bisa Membunuh dalam Waktu 10 Menit
Dilansir NatGeo, kesegaran berganti dengan kepedihan.
Strickland lantas merasa sesak, terbakar, bahkan
kehilangan kemampuan menelan.
Buah itu adalah buah "keramat" yang berasal dari pohon manchineel atau Hippomane Mancinella.
Sebutan manisnya: apel pantai. Sebutan ekstremnya: jambu beracun.
Buah ini kebanyakan tumbuh di beberapa wilayah tropis di Amerika Utara, Amerika Tengah, Karibia, dan Amerika Selatan.
Baca juga: 10 Tanaman Hias yang Beracun bagi Kucing Kita, Apa Saja?
Manchineel memiliki nama lain dalam bahasa Spanyol, arbol de la muerte, yang berarti “pohon kematian”.
Guinness World Records mencatat, pohon manchineel merupakan tanaman paling berbahaya di dunia.
Florida Institute of Food and Agricultural Sciences menyebut, manchineel sangat beracun. Bahkan bisa menyebabkan kematian.
“Muntah berat, diare, hingga membuat tubuh dehidrasi parah adalah efek dari mengonsumsi buah ini,” tulis Ella Davies di BBC.
Strickland dan temannya berhasil selamat. Ia hanya makan sedikit bagian saja.
Baca juga: Mengenal Monster Gila, Salah Satu Kadal Beracun di Dunia
Perlu waktu delapan jam untuk menghilangkan rasa sakitnya.
Strickland harus meminum pina colada dan susu. Saat racun mengalir ke kelenjar getah bening di leher, itu akan jadi pengalaman yang mengerikan.
Pohon manchineel juga menghasilkan getah susu yang bisa membuat kulit melepuh seperti terbakar, karena ada racun yang bernama phorbol.
Baca juga: Hati-hati, Tanah Pot Beracun untuk Kucing
Saat hujan, berteduh di bawah pohon juga bisa membuat celaka.
Kalau dibakar, asap pohon ini juga akibatkan bahaya pada mata, bahkan kebutaan sementara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.