Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3.000 PLTU Batu Bara di Seluruh Dunia Harus Dimatikan Sebelum 2030

Kompas.com - 28/10/2021, 10:25 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Sekitar 3.000 unit pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di seluruh dunia harus dimatikan sebelum 2030 bila ingin mencegah kenaikan suhu di atas 1,5 derajat Celsius.

Hal tersebut ditekankan oleh lembaga think tank TransitionZero dalam laporan yang diterbitkan beberapa hari sebelum KTT perubahan iklim COP26.

COP26 bakal digelar di Glasgow, Skotlandia, mulai 31 Oktober hingga 12 November.

Baca juga: Sumbang Emisi Terbesar, PLTU Batu Bara Harus Dipensiunkan Lebih Cepat

TransitionZero mengatakan, saat ini ada lebih dari 2.000 gigawatt PLTU batu bara yang beroperasi di seluruh dunia.

Kapasitas terpasang tersebut harus dipangkas hampir separuhnya atau sekitar 1.000 gigawatt untuk mencegah kenaikan suhu bumi dan mempercepat transisi energi ke sumber yang lebih bersih.

TransitionZero berujar, harus ada satu unit PLTU batu bara yang wajib ditutup mulai hari ini sampai 2030 sebagaimana dilansir The Straits Times, Kamis (28/10/2021).

Di satu sisi, kewajiban untuk mengurangi jumlah PLTU batu bara di seluruh dunia tersebut bakal memberi dampak yang signifikan terhadap China.

Baca juga: AS Gembira China Setop Bangun PLTU Batu Bara di Luar Negeri

Pasalnya, “Negeri Panda” menyumbang lebih dari setengah dari seluruh kapasitas terpasang PLTU batu bara di seluruh dunia.

Hal tersebut membuat China sebagai penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar.

"Kesimpulan logisnya adalah bahwa setengah dari upaya perlu datang dari China," kata Matt Gray, analis TransitionZero sekaligus penulis laporan tersebut.

China sendiri telah mengurangi kontribusi PLTU batu baranya dalam bauran energi nasional dari 72,4 persen pada 2005 menjadi 56,8 persen pada 2020.

Presiden China Xi Jinping berjanji bahwa negaranya akan mulai mengurangi penggunaan batu bara setelah 2025.

Baca juga: China Tak Mau Lagi Bangun PLTU Batu Bara di Luar Negeri, Banyak Pihak Menyambut Gembira

Baru-baru ini, China mencoba mencari pasokan batu bara ekstra setelah menghadapi krisis energi yang telah memaksa banyak pabrik tutup sekaligus menghadapi musim dingin.

Gray mengatakan, meski konsumsi batu bara akan meningkat dalam jangka pendek, krisis energi tersebut justru akan memacu China untuk mempercepat transisi energinya.

Hal ini pada akhirnya akan membantu China mengurangi ketergantungannya terhadap bahan bakar fosil.

“Saya pikir adil untuk mengatakan bahwa menjaga lampu tetap menyala dan menjaga bangunan tetap hangat akan menjadi prioritas pemerintah China menjelang musim dingin,” kata Gray.

“Tetapi harapan kami adalah agar krisis (energi) ini dilihat sebagai peringatan atas ketergantungan yang berlebihan terhadap tenaga batu bara,” imbuh Gray.

Baca juga: Ambisi Jadi Negara Netral Karbon, Jepang Harus Tinggalkan PLTU Batu Bara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com