KOMPAS.com - Apalah arti sebuah nama, ujar Shakespeare. Tapi sejauh ini, nama memang benar-benar punya makna lebih.
Tak hanya sekadar berhenti di pengucapan, lebih dari itu, nama juga mencakup aspek sejarah dan kebanggaan.
Termasuk dalam nama-nama negara.
Baca juga: Mengapa Nama Negara Asia Tengah Banyak Berakhiran -Stan?
Kurang lebih ada 195 negara di dunia saat ini. Yang tak terlalu mengejutkan, banyak di antaranya telah berganti nama karena berbagai alasan.
Perubahan batas, perang, dan kemerdekaan jadi faktor penting perubahan nama. Dilansir India Times, berikut sejumlah negara yang mengubah namanya.
Baca juga: Mahfud: Meski Tak Pakai Nama Negara Islam, Kita Perjuangkan Substansi Ajaran Islam
Persia adalah nama resmi Iran di dunia Barat sebelum Maret 1935.
Pada tahun 1935, pemerintah Iran meminta negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengannya, untuk menyebut Persia menjadi "Iran", yang merupakan nama negara dalam bahasa Persia.
Usulan perubahan itu dikatakan datang dari duta besar Iran untuk Jerman, yang saat itu berada di bawah pengaruh Nazi.
Baca juga: Myanmar atau Burma? Mengapa Perbedaan Nama Negara Itu Penting?
Thailand adalah salah satu dari sedikit negara Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh Inggris atau Perancis.
Selama berabad-abad, wilayah itu diperintah oleh seorang raja dan dikenal sebagai Siam.
Pada tahun 1939, raja yang memerintah negara itu mengganti nama Siam menjadi Thailand setelah negaranya menjadi monarki konstitusional.
Baca juga: Kami Membawa Nama Negara sehingga Semua Harus Disiplin
Kamboja telah berganti nama beberapa kali. Antara 1953 dan 1970, negara ini berganti nama menjadi Kerajaan Kamboja dan kemudian Republik Khmer hingga 1975.
Di bawah pemerintahan komunis dari 1975 hingga 1979, negara itu disebut sebagai Kampuchea Demokratis.
Di bawah otoritas transisi PBB 1989-1993, berubah lagi menjadi Negara Kamboja. Setelah pemulihan monarki pada tahun 1993, namanya diubah menjadi Kerajaan Kamboja.
Baca juga: Profil Norodom Sihamoni, Raja Kamboja
Awalnya disebut Burma, junta militer yang berkuasa mengubah namanya menjadi Myanmar pada tahun 1989.
Ini terjadi setahun setelah ribuan orang terbunuh dalam penindasan pemberontakan rakyat.
Perubahan itu diakui PBB dan negara-negara seperti Perancis dan Jepang, tetapi tidak oleh AS dan Inggris.
Baca juga: Pemimpinnya Dilarang Muncul, Junta Militer Myanmar Boikot KTT ASEAN
Pada tahun 1505, Portugis menemukan Ceylon Kuno yang disebut Ceilao. Pada awal abad ke-19, Kerajaan Inggris mengganti namanya menjadi Ceylon.
Setelah kemerdekaan, pemerintahan pulau mengubah namanya menjadi Sri Lanka.
Pada tahun 2011, semua referensi Ceylon telah dihapus dari badan resmi dan perusahaan yang menggunakan nama lama.
Baca juga: 25 September 1959: PM Sri Lanka Solomon Bandarainake Dibunuh
Pada April 2018, Kerajaan Swaziland di Afrika berubah menjadi Eswatini.
Itu tidak mengejutkan orang-orang lokal di Swaziland karena mereka sudah menggunakan nama itu.
Eswatini adalah terjemahan dari Swaziland dalam bahasa lokal, yang memiliki arti "tanah Swazis."
Baca juga: Rekannya Ditembaki, Perawat Eswatini Menolak Merawat Polisi
Rhodesia adalah nama kolonial.
Antara tahun 1953 dan 1963, Rhodesia Selatan bergabung dengan Rhodesia Utara dan Nyasaland dalam Federasi Rhodesia dan Nyasaland.
Negara ini mencapai pengakuan internasional setelah kemerdekaannya pada April 1980 sebagai Republik Zimbabwe, yang lantas berganti nama menjadi Zimbabwe.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.