Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Dapat Dukungan 10 Negara, Desak AS dan Sekutu Bayar Bantuan Bangun Afghanistan

Kompas.com - 21/10/2021, 15:04 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN

MOSKWA, KOMPAS.com - Taliban sebagai penguasa baru Afghanistan mendapat dukungan dari 10 kekuatan regional dalam pembicaraan di Moskwa pada Rabu (20/10/2021), untuk gagasan konferensi donor PBB yang membantu mencegah keruntuhan ekonomi dan bencana kemanusiaan Afghanistan.

Rusia, China, Pakistan, India, Iran dan lima negara bekas Uni Soviet di Asia Tengah bergabung dengan Taliban, menyerukan agar PBB mengadakan semacam konferensi sesegera mungkin untuk membantu membangun kembali negara itu.

Baca juga: Perekonomian Ambruk, Taliban Bujuk Teknokrat Tidak Tinggalkan Afganistan

Mereka mengatakan itu harus dilakukan "dengan pemahaman, tentu saja, bahwa beban utama ... harus ditanggung oleh pasukan yang kontingen militernya hadir di negara ini selama 20 tahun terakhir."

Gagasan itu merujuk ke Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, yang menginvasi Afghanistan setelah serangan 11 September 2001, dan penarikan tiba-tiba membuka jalan bagi Taliban Islam untuk merebut kembali kendali negara pada Agustus.

Washington memilih untuk tidak menghadiri pembicaraan, dengan alasan teknis. Tetapi pihak AS mengatakan mungkin akan bergabung dengan putaran pembicaraan lainnya di masa depan.

Rusia telah memimpin seruan untuk bantuan internasional, sadar bahwa setiap tumpahan konflik dari Afghanistan dapat mengancam stabilitas regional.

"Tidak ada yang tertarik dengan kelumpuhan total seluruh negara bagian, yang berbatasan, antara lain, CIS (Persemakmuran Negara-Negara Merdeka)," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov melansir CNN pada Rabu (20/10/2021).

Baca juga: Taliban Beri Uang dan Tanah ke Keluarga Pelaku Bom Bunuh Diri Penyerang Pasukan AS

Kebangkitan Taliban menimbulkan ketakutan internasional akan kembalinya bentuk garis keras kekuasaan pada 1990-an, ketika mereka menjadi tuan rumah gerakan Al Qaeda Osama bin Laden.

Pada periode itu, Taliban juga melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan. Termasuk rajam di depan umum dan marginalisasi perempuan di tempat kerja dan di sekolah.

Sejak kembali berkuasa, Taliban mengatakan bergerak secepat mungkin untuk membuka pemerintahan mereka dan menjamin hak-hak perempuan. Mereka juga mengeklaim tidak menujukan ancaman bagi negara lain.

"Afghanistan tidak akan pernah membiarkan tanahnya digunakan sebagai pangkalan bagi siapa pun untuk mengancam keamanan negara lain," kata Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi.

Abdul Salam Hanafi, wakil perdana menteri Taliban yang memimpin delegasi, mengatakan: "Mengisolasi Afghanistan bukanlah kepentingan siapa pun."

Sementara pemerintah di seluruh dunia, termasuk Rusia, menolak memberikan pengakuan resmi kepada pemerintah Taliban, komunike tersebut mengakui "realitas baru" dari kenaikan mereka ke kekuasaan.

Baca juga: Taliban Beri Uang dan Tanah ke Keluarga Pelaku Bom Bunuh Diri Penyerang Pasukan AS

Mencari pengaruh

Inisiatif Rusia menjadi tuan rumah pembicaraan itu adalah bagian dari upaya untuk meningkatkan pengaruhnya di kawasan itu setelah penarikan AS.

Ketakutan utamanya adalah risiko ketidakstabilan di Asia Tengah, dan kemungkinan arus migran dan aktivitas militan yang diarahkan dari Afghanistan.

Kekhawatiran telah meningkat setelah serangkaian serangan oleh afiliasi Afghanistan dari ISIS yang dijuluki ISIS-K (Khorasan), di masjid dan target lain yang menewaskan ratusan orang.

Rusia melakukan bencana perangnya sendiri di Afghanistan pada 1980-an, dan memiliki hubungan militer dan politik yang erat dengan bekas republik Soviet di Asia Tengah yang berbatasan dengan Afghanistan.

Selain mengatakan tidak ada kelompok militan yang dapat beroperasi dari Afghanistan, Taliban mengeklaim akan melindungi hak-hak perempuan dan minoritas.

Tetapi banyak perempuan dan anak perempuan dilarang pergi bekerja atau sekolah, dan kabinet sementara hanya mencakup laki-laki.

Baca juga: Dua Menteri Afghanistan Sempat Keliling London dengan Mobil Mahal Sebelum Negaranya Jatuh ke Taliban

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com