JAKARTA, KOMPAS.com - Dampak Taliban menguasai Afghanistan juga bisa mencakup Indonesia, dan yang harus diantisipasi salah satunya adalah kebangkitan terorisme
Persoalan itu termasuk yang paling sering dibicarakan setelah Taliban kembali berkuasa di Afghanistan selepas penarikan pasukan Amerika Serikat (AS).
Lalu, apa yang bisa dilakukan dalam mencegah terorisme sebagai dampak Taliban untuk Indonesia?
Baca juga: 7 Oktober 2001: AS Mulai Perangi Taliban, Buru Osama bin Laden
Dalam webinar Berkuasanya Taliban di Afghanistan: Apa Pengaruhnya terhadap Indonesia? yang diadakan oleh The Habibie Center pada Selasa (5/10/2021), dipaparkan sejumlah kekhawatiran mulai dari meluasnya konflik hingga bangkitnya kelompok teroris global.
"Kekhawatiran ini telah disampaikan oleh Pemerintah Jepang misalnya, yang memberikan peringatan kepada warganya di ASEAN, khususnya di Filipina, Malaysia, Myanmar, dan juga Indonesia," ujar Imron Rasyid, Kepala Departemen Perdamaian dan Pembangunan dari The Habibie Center.
Akan tetapi, Direktur Pencegahan Densus 88 Anti Teror, Kombes Pol M Rosidi, menerangkan bahwa kelompok teroris yang ada di Indonesia tidak terkait langsung dengan Taliban.
"Namun, perlu kita ingat, bahwa beberapa senior-senior Jemaah Islamiyah merupakan alumni Afghanistan," imbuhnya.
Meski begitu, patut diwaspadai dampak Taliban ke Indonesia dapat memicu euforia dan sarana propaganda atau menstimulus jaringan teror di Tanah Air.
Kemungkinan Afghanistan kembali menjadi medan latihan jaringan teror juga tak bisa dikesampingkan, mengingat memori kelam saat Taliban menguasai negara itu pada 1990-an sampai awal 2000-an.
Baca juga: Jepang Peringatkan Warganya Ancaman Teror di Indonesia dan 5 Negara Asia Tenggara Lainnya
"Bahkan untuk tahun 2021 ini sampai bulan Agustus, Densus 88 telah melakukan penangkapan yang cukup besar terhadap pelaku teror, kurang lebih 335 orang."
"Ini sebagai bentuk pencegahan, dengan melakukan upaya preventive strike terhadap orang-orang yang memenuhi unsur untuk melakukan tindak pidana terorisme," terang Rosidi.
Kemudian bersama Kementerian Agama (Kemenag), Densus 88 berupaya mengumpulkan informasi terkait moderasi beragama.
"Mudah-mudahan nanti ke depan Kementerian Agama sudah bisa menyusun langkah-langkah terkait dengan moderasi beragama ini."
Baca juga: Taliban Berhenti Bayar Listrik, Afghanistan Terancam Kembali ke Abad Kegelapan
Cara-cara tersebut dikatakan Rosidi tidak ada perbedaannya antara sebelum dan setelah Taliban menguasai Afghanistan lagi.
"Kita masih tetap sama saja, karena memang tidak ada peningkatan aktivitas terkait dengan kemenangan Taliban di Afghanistan."
"Memang ada euforia saat awal kemenangan Taliban di media sosial ... namun saat sekarang ini situasinya sudah mulai tidak seperti pada awal kemenangannya, dan pergerakan dari kelompok jaringan terorisme sendiri pun tidak ada ancaman yang signifikan."
"Monitoring pergerakan jaringan terorisme ini masih terus kita lakukan," pungkasnya.
Baca juga: Balas Bom Masjid Afghanistan, Taliban Hancurkan Markas ISIS dan Tewaskan Semua Penghuninya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.