Seorang netizen Korsel menulis di Twitter: "Squid Game membuatku ingin makan (permen) Dalgona lagi. Sudah sekitar 20 tahun ... Apakah itu masih ada? Aku rasa tak bisa menemukannya."
Baca juga: Popularitas Squid Game Buat Penjual Permen Dalgona Kebanjiran Pesanan
Para pakar juga mengaitkan kesuksesan Squid Game dengan karakternya, yang kebanyakan adalah anggota masyarakat terpinggirkan.
Meskipun semuanya terlilit utang besar, mereka datang dari segala lapisan masyarakat.
Pemeran utama, misalnya, adalah pria penganggur dengan masalah perjudian yang berjuang mendapatkan rasa hormat dari keluarganya.
Melalui Squid Game, ia bertemu dengan seorang pembelot muda Korea Utara dengan latar belakang tragis dan buruh Pakistan yang dianiaya oleh majikannya.
Kim Pyeong-gang, profesor konten budaya global di Universitas Sangmyung memaparkan kepada BBC, "Orang-orang, terutama generasi muda, yang secara sering menderita keterasingan dan kebencian dalam kehidupan nyata, tampaknya bersimpati dengan para karakter."
Seperti negara-negara tetangganya di Asia Timur, sifat masyarakat Korea Selatan yang sangat kompetitif membuat banyak orang tertekan.
Meski sudah bekerja keras, tidak mungkin semua orang bisa masuk universitas terbaik atau mendapat pekerjaan yang bagus.
Seperti yang dikatakan oleh salah satu anggota di balik layar Squid Game, "Semua peserta dalam permainan ini sama. Kami memberikan kesempatan terakhir kepada orang-orang yang mengalami perlakuan tidak setara dan diskriminasi di dunia luar untuk memenangi kompetisi yang adil."
Baca juga: Nomor Teleponnya Masuk ke Serial Squid Game, Pria Ini Diteror Ribuan Telepon Setiap Hari
Namun, di Asia Timur, penonton merasa Squid Game lebih mirip film Jepang As The Gods Will (2014).
Film itu bercerita tentang siswa sekolah menengah dengan alur cerita yang serupa, dan beberapa orang bahkan menuduh Squid Game melakukan plagiarisme.
Misalnya, As The Gods Will juga menampilkan permainan tradisional anak-anak yaitu "Lampu Merah, Lampu Hijau".
Dalam salah satu adegan paling terkenal di Squid Game, seorang gadis robot raksasa menggunakan mata lasernya untuk melihat para pemain yang kalah dalam permainan. Mereka kemudian dibunuh.
Meski begitu, sutradara Squid Game Hwang Dong-hyuk membantah tuduhan tersebut dengan berkata, tidak ada hubungan antara kedua film itu dan persamaan diapungkan hanya karena genre-nya yang sama.
"Saya mulai merancang (Squid Game) pada 2008 dan mulai menulis skrip tahun 2009 ... kesamaan yang ditunjukkan adalah murni kebetulan dan tidak ada penyalinan dari salah satu pihak," katanya.
Bagaimanapun, segala kehebohan tentang Squid Game membuat film serial Netflix ini diharapkan dapat berlanjut ke season dua. Akan tetapi, penggemar mungkin harus menunggu lama untuk itu.
"Saya belum memiliki rencangan pengembangan yang baik untuk Squid Game 2," kata Hwang kepada Variety. "Memikirkannya saja cukup melelahkan."
Baca juga: Boneka Lampu Merah Lampu Hijau Squid Game yang Dipajang di Museum Ditutup Plastik, Kenapa?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.