Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NATO Terancam Melemah atas Kesepakatan Kapal Selam Amerika Serikat dan Australia

Kompas.com - 21/09/2021, 07:19 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

LONDON, KOMPAS.com - Mantan duta besar Inggris untuk Paris pada Senin (20/9/2021) mengatakan bahwa perpecahan antara Amerika Serikat, Australia, dan Perancis terkait kesepakatan kapal selam dapat melemahkan NATO.

Peter Ricketts mengatakan keputusan Canberra untuk membatalkan kesepakatan kapal selam bertenaga diesel dengan Paris demi kapal selam bertenaga nuklir dari Washington, mendorong perpecahan di antara sekutu dan melemahkan aliansi transatlantik.

"Saya pikir langkah ini tentu saja merusak kepercayaan Perancis pada NATO dan sekutu NATO, dan karena itu memperkuat perasaan mereka bahwa mereka harus mendorong otonomi strategis Eropa," kata Ricketts seperti yang dilansir dari AFP pada Senin (20/9/2021).

Baca juga: Perancis Ngambek Kontrak Kapal Selam Dibatalkan Sepihak, Ini Kata Australia

"Saya pikir itu hanya dapat merusak NATO, karena NATO bergantung pada kepercayaan. Pekerjaan perbaikan harus segera dimulai," lanjutnya.

Para menteri luar negeri Uni Eropa akan membahas pakta pertahanan baru yang ditandatangani antara Amerika Serikat, Australia, dan Inggris, di sela-sela Sidang Umum PBB pada Senin (20/9/2021).

Pakta pertahanan baru antara Amerika Serikat, Australia dan Inggris dijuluki AUSUK, diumumkan pekan lalu.

Pakta pertahanan baru itulah yang mendorong klaim Perancis bahwa negaranya telah "ditikam dari belakang" oleh Australia dan memicu perang kata-kata penuh amarah.

Baca juga: Perancis Tak Percaya Australia dalam Dagang Usai Batalnya Kontrak Kapal Selam


Hubungan tegang dari pakta pertahanan baru Amerika Serikat, Australia, dan Inggris

Ricketts, diplomat top Inggris di Paris antara 2012 dan 2015, mengatakan perselisihan yang terjadi antara Perancis dengan 3 negara saat ini serupa dengan oposisi Perancis terhadap upaya Presiden AS George W Bush untuk perang di Irak di masa lalu.

Presiden Perancis saat itu, Jacques Chirac, memperingatkan konflik untuk menggulingkan Saddam Hussein, yang dipimpin Inggris dengan Perdana Menteri saat itu Tony Blair.

"Itu (kesepakatan kapal selam) akan diingat di Perancis, saya yakin, seperti keretakan di Irak pada 2003, dan semuanya tidak akan sama," kata Ricketts.

"Saya pikir itu akan cenderung memperkuat perasaan di antara orang Eropa bahwa Amerika sekarang menjadi sekutu yang kurang dapat diandalkan dari pada sebelumnya," tambahnya.

Baca juga: Kapal Selam Bertenaga Nuklir Jadi Prioritas Tangkal China di Indo-Pasifik

Ricketts, yang menjadi wakil tetap NATO pada 2003-2006, mengatakan Perancis akan memandang perselisihan itu sebagai "titik balik" dalam hubungan dengan Amerika Serikat dan Inggris.

"Ini memperkuat perasaan di Paris bahwa saya menangkap bahwa Amerika semakin berpaling dari sekutu keamanan Eropa dan fokus pada konfrontasi mereka dengan China," tambahnya.

"Dan bahwa Inggris, dengan langkah ini, mengikuti arah yang sama."

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah berusaha untuk mengecilkan efek tegang apa pun pada hubungannya dengan Perancis, bersikeras bahwa itu tetap menjadi salah satu sekutu militer terdekatnya.

Namun, Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian menuduh London telah mengambil langkah "oportunisme konstan" dengan baru-baru ini memperbarui kebijakan luar negerinya di kawasan Indo-Pasifik pasca-Brexit.

Baca juga: AS dan Inggris Bantu Australia Buat Kapal Selam Nuklir, China Kecewa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com