Misalnya, setelah rezim mengerikan Kolonel Gaddafi di Libya digulingkan pada 2011 wartawan menemukan surat dari seorang perwira senior MI6 kepada rekan Libya-nya, yang membahas ekstradisi terhadap ekstremis untuk mendapat hukuman.
Alih-alih menghentikan teror, ekstremisme dengan kekerasan mengerikan saat ini justru muncul kembali di Afrika, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang dengan siapa sebenarnya Barat harus bermitra.
Baca juga: Katib Aam PBNU Jadi Pembicara Peringatan Serangan 9/11, Serukan Penguatan Tatanan Dunia
Berkali-kali orang di Timur Tengah mengatakan kepada saya: "Kami mungkin tidak menyukai kebijakan luar negeri AS tetapi kami selalu menghormati aturan hukumnya. Sampai Teluk Guantanamo."
AS mengumpulkan tersangka "di medan perang", termasuk dalam beberapa kasus warga sipil tak berdosa “yang dijual dengan harga murah”. Mereka kemudian diangkut ke belahan dunia lain ke pusat penahanan angkatan laut AS di Kuba (Teluk Guantanamo).
Menurut koresponden keamanan BBC, kebijakan itu menimbulkan kerusakan yang tak terhitung pada reputasi Amerika dan Barat.
Penahanan tanpa pengadilan adalah sesuatu yang terjadi di negara-negara otokratis di Timur Tengah. Orang-orang Arab tidak mengharapkan hal ini dari AS.
Hal itu diperburuk dengan adanya pengungkapan "interogasi intensif", dengan “waterboarding” dan perlakuan buruk lainnya di situs hitam CIA, di mana tersangka teroris menghilang begitu saja.
Pemerintahan Presiden AS Barack Obama menghentikan cara itu, tetapi cacat terlanjur terjadi.
Baca juga: 5 Teori Konsiprasi Serangan 9/11 beserta Bantahannya
Intervensi Barat pasca 9/11 relatif cepat dan sederhana jika dibandingkan dengan kasus Sierra Leone, Kosovo, bahkan kampanye Perang Teluk 1991, semuanya memiliki akhir yang terbatas.
Tetapi invasi pimpinan AS ke Afghanistan dan kemudian Irak telah menghasilkan apa yang disebut "perang selamanya".
Tidak seorang pun yang terlibat pada 2001 atau 2003 membayangkan bahwa mereka masih akan berada di sana dua dekade kemudian.
koresponden keamanan BBC, Frank Gardner menilai hal itu menunjukkan Barat tidak mengerti apa yang mereka hadapi, dan tidak memiliki rencana keluar yang realistis.
Menurutnya, tidak ada keraguan bahwa jika Barat tidak menggusur Taliban dan Al-Qaeda di Afghanistan pada 2001, maka lebih banyak serangan dari sana akan terjadi.
Misi kontra-terorisme di negara itu bukanlah kegagalan, tetapi misi “pembangunan bangsa” tidak pernah selesai.
“Dan hari ini, satu-satunya citra yang akan diambil kebanyakan orang adalah bahwa orang Afghanistan yang putus asa berlari di samping transportasi USAF C17 yang akan lepas landas, mencoba melarikan diri dari negara yang sekarang telah ditinggalkan oleh Barat,” pungkas Gardner.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.