Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Khalid Sheikh Mohammed, Perancang Serangan 11 September 2001 yang Belum Dihukum

Kompas.com - 11/09/2021, 12:02 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

GUANTANAMO, KOMPAS.com - Khalid Sheikh Mohammed, perancang serangan 11 September 2001 yang menewaskan hampir 3.000 orang di Amerika Serikat (AS), belum diadili atau dijatuhi hukuman.

Kepada para interogator, Khalid Sheikh Mohammed menyatakan dialah yang merancang dan mengelola serangan 9/11.

Ia kini masih mendekam di sel tahanan penjara berkeamanan tinggi di pangkalan Angkatan Laut AS, Teluk Guantanamo, Kuba.

Baca juga: Detik-detik Serangan 11 September 2001, 4 Pesawat Tewaskan Hampir 3.000 Orang

Dia berada di sana selama 15 tahun, karena upaya untuk meminta pertanggungjawabannya di pengadilan militer AS terhambat pada apakah dia disiksa oleh CIA, sehingga pengakuannya belum bisa dipastikan.

Namun, selain Osama bin Laden, Khalid Sheikh Mohammed tetaplah aktor penting di balik tragedi 11 September.

Ali Soufan, mantan agen FBI yang menyelidiki serangan WTC tanggal 11 September, menyebut Khalid Sheikh Mohammed sebagai pembunuh bermata liar dengan rencana gila yang membuatnya berbeda dari orang lain di Al Qaeda.

Imajinasi dan keterampilan manajerial

Khalid Sheikh Mohammed, perancang serangan 11 September 2001 atau 9/11 di World Trade Center, Pentagon, dan Pennsylvania, Amerika Serikat, ketika mendekam di penjara Guantanamo.NBC NEWS Khalid Sheikh Mohammed, perancang serangan 11 September 2001 atau 9/11 di World Trade Center, Pentagon, dan Pennsylvania, Amerika Serikat, ketika mendekam di penjara Guantanamo.
Kebanyakan orang mengenalnya dari foto berupa tubuhnya yang tegap mengenakan baju tidur, berkumis tebal, dan rambut acak-acakan.

Muncul di ruang sidang militer Guantanamo untuk pertama kalinya dalam lebih dari 18 bulan pada minggu ini, Khalid Sheikh Mohammed tampak lebih kurus dengan janggut panjang dan mengenakan pakaian tradisional Pakistan.

Kantor berita AFP melaporkan, dia masuk dengan tenang, mengobrol dengan sesama terdakwa dalam kasus hukuman mati, dan berlutut di karpet kecil di antara meja untuk berdoa.

Laporan resmi Komisi 9/11 dan laporan Senat tentang program penyiksaan CIA menggambarkan pria berinisial KSM yang berusia 56 tahun ini sebagai letnan Osama bin Laden yang cakap dan haus darah.

Khalid Sheikh Mohammed adalah warga negara Pakistan yang dibesarkan di Kuwait. Dia belajar bahasa Inggris dengan cukup baik untuk belajar teknik mesin di universitas AS.

Saat lulus pada 1986 dia sudah menjadi anggota kelompok garis keras.

Baca juga: Serangan 11 September, Cerita Imam Indonesia di New York Dipeluk Tetangga Katolik dan Dikirim Bunga oleh Pendeta

Foto Gedung WTC yang terbakar setelah ditabrak pesawat United Airlines Flight 175 yang dibajak dalam rute dari Boston, saat serangan 11 September 2001 terjadi di New York City, Amerika Serikat.GETTY IMAGES NORTH AMERICA/SPENCER PLATT via AFP Foto Gedung WTC yang terbakar setelah ditabrak pesawat United Airlines Flight 175 yang dibajak dalam rute dari Boston, saat serangan 11 September 2001 terjadi di New York City, Amerika Serikat.
KSM sempat bekerja untuk Pemerintah Qatar pada awal 1990-an, dan tampaknya terinspirasi oleh tindakan keponakannya, Ramzi Yousef, yang melakukan pemboman World Trade Center New York pada 1993.

Setelah itu, keduanya berencana bersama untuk meledakkan pesawat jet tujuan AS yang terbang dari Filipina.

Yousef ditangkap di Pakistan setelah upaya pertama gagal, sedangkan Khalid Sheikh Mohammed bersembunyi di Qatar lalu pindah ke Pakistan pada 1996 untuk menghindari pencarian AS.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com