NEW YORK CITY, KOMPAS.com - Laporan Aisyah Llewellyn di Al Jazeera yang terbit pada Jumat (10/9/2021) mengungkapkan, tragedi 11 September 2001 memicu rangkaian serangan teroris di Asia Tenggara termasuk bom Bali.
Pengungkapan itu didasarkan pada kesaksian pelaku bom Bali dan penjelasan para pakar.
Ali Imron, salah satu pelaku Bom Bali 2002 mengatakan, dia melihat serangan WTC tanggal 11 September beserta pesawat yang menabrak Pentagon di halaman depan koran lokalnya.
Baca juga: Detik-detik Serangan 11 September 2001, 4 Pesawat Tewaskan Hampir 3.000 Orang
“Keluarga kami tidak memiliki televisi saat itu,” kata Imron kepada Al Jazeera.
Pria berusia 52 tahun tersebut dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas perannya dalam merencanakan bom Bali yang menewaskan lebih dari 200 orang, banyak di antaranya turis asing.
Imron lalu dengan cepat menduga serangan gedung WTC adalah perbuatan teman-temannya.
Pada 20 tahun yang lalu Imron adalah anggota Jemaah Islamiyah (JI), kelompok garis keras yang didirikan pada 1993 di Indonesia, yang masih memiliki lebih dari 1.600 anggota aktif menurut pihak berwenang Indonesia.
Serangan 9/11 terjadi ketika anggota Al Qaeda membajak empat pesawat komersial dan menabrakkannya ke World Trade Center dan Pentagon. Beritanya menyebar ke seluruh dunia.
Lebih dari 2.500 orang dari 90 negara tewas. Analis mengatakan, tragedi 9/11 berdampak langsung pada perkembangan jaringan gerakan garis keras di Asia Tenggara, yang beberapa di antaranya bekerja sama dengan Al Qaeda.
"9/11 terjadi pada saat Abdullah Sungkar, pendiri Jemaah Islamiyah, jaringan militan terbesar di kawasan itu, meninggal dua tahun sebelumnya dan (pemimpin spiritualnya) Abu Bakar Bashir membiarkan (panglima militer Jemaah Islamiyah) Hambali berkolaborasi dengan Al-Qaeda pada serangan terhadap sasaran Barat."
"Tapi ini memecah Jemaah Islamiyah karena bertentangan dengan pendekatan Sungkar yang dengan sabar membangun kekuatan untuk menjatuhkan rezim Soeharto," urai Quinton Temby, asisten profesor kebijakan publik di Monash University, Indonesia, kepada Al Jazeera.
"Jemaah Islamiyah tidak pernah berafiliasi, apalagi waralaba, dari Al Qaeda. Tapi mereka sekutu kunci Al Qaeda... Jemaah Islamiyah memberikan dukungan logistik untuk beberapa pembajak 9/11 di Malaysia," sambungnya.
Baca juga: Hambali, Otak Bom Bali 2002, Akan Diadili AS Setelah 15 Tahun Tanpa Dakwaan di Guantanamo
Nawaf Al Hazmi dan Khalid Al Mihdhar, yang berada di pesawat penabrak Pentagon, singgah di Malaysia dalam perjalanan ke Amerika Serikat.
Pada tahun-tahun berikutnya, anggota JI dan Al Qaeda terus saling mendukung, tambah Temby, dengan Al Qaeda menyediakan dana untuk serangan di Asia Tenggara seperti bom Bali.
Imron sendiri mengaku tidak tahu tentang rencana serangan 11 September. Kepada Al Jazeera dia berkata, JI baru tergerak merencanakan bom Bali setelah mendengar beritanya.
"Saya masih mengingatnya. Imam Samudra ingin melakukan aksi bom Bali pada 11 September untuk memperingati hari penyerangan World Trade Center, tetapi tidak ada cukup waktu."
Bom Bali 1 akhirnya terjadi pada 12 Oktober 2002 dengan para penyerang menargetkan bar-bar yang ramai di Kuta.
Imron menambahkan, rencana semula adalah menyerang kapal angkatan laut di pelabuhan Singapura, tetapi mereka mengalihkan perhatian ke Bali setelah melihat skala tragedi 11 September.
Baca juga: Ketika Persembunyian Osama bin Laden Terungkap dari Baju yang Dijemur Istrinya
Sebab, sebelum tragedi 11 September saja JI sudah melakukan serangan.
Pada 14 September 2000, JI membom Bursa Efek Jakarta yang menewaskan 15 orang. Tahun itu juga, mereka melakukan serangkaian pemboman terkoordinasi di gereja-gereja pada malam Natal yang menewaskan 18 orang.
Ada juga aksi teror di Filipina seperti serangan saat Hari Rizal 30 Desember 2000 yang menewaskan 22 orang, pemboman terkoordinasi di Manila, bentrokan dengan pasukan keamanan di selatan, pemboman pasar, dan penculikan.
Pada April 2000, Abu Sayyaf, yang sebelumnya dianggap lebih sebagai bandit preman, menculik 21 orang dari pulau penyelaman Malaysia, Sipadan. Separuh dari jumlah korban adalah turis asing.
Abu Sayyaf menahan mereka di Jolo, Filipina, untuk meminta tebusan dan memicu krisis penyanderaan selama berbulan-bulan.
Jolo tetap menjadi salah satu tempat paling berbahaya di wilayah tersebut dan Abu Sayyaf kini berafiliasi dengan ISIS.
Jacob menambahkan, benar bahwa serangan 11 September 2001 memicu aksi lanjutan dari para militan di Asia Tenggara, tetapi mereka tidak dikuatkan.
Baca juga: 5 Teori Konspirasi 9/11 yang Masih Langgeng hingga Sekarang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.