Dalam pernyataan tertulis tentang kebijakannya, Kono juga bertekad untuk melanjutkan perang melawan virus corona dengan mendapatkan suntikan booster Covid-19 untuk Jepang.
Namun bila mengingat usia rata-rata perdana menteri yang menjabat sejak tahun 2000 di Jepang adalah sekitar 62 tahun, beberapa anggota LDP merasa Kono terlalu muda.
Mereka khawatir akan gaya Kono yang menyerupai lone-wolf dalam sistem pemerintahan Jepang yang selama ini berjalan berdasarkan konsensus. Selain itu, Kono juga dinilai bersikap blak-blakan yang kadang terlihat ketika ia menantang garis-garis partai.
Terlepas dari reputasi itu, Kono mengikuti kebijakan utama Perdana Menteri Abe. Saat itu ia menjabat sebagai menteri pertahanan dan menteri luar negeri di kabinet Abe.
Sikap Taro Kono juga dinilai berbeda dengan sikap konservatifnya ayahnya Yohei Kono yang pernah menjabat sebagai kepala sekretaris kabinet.
Tahun 1993 Yohei Kono pernah mengeluarkan kebijakan penting yakni menulis permintaan maaf untuk "wanita penghibur". Ini adalah eufemisme yang digunakan untuk menggambarkan perempuan yang dipaksa menjadi budak seks militer Jepang pada masa PD II.
Baca juga: Jepang Kekurangan Ahli Waris Takhta, Muncul Rencana Adopsi Anak Laki-laki
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.