KABUL, KOMPAS.com - Wanita yang kuliah di universitas swasta Afghanistan harus mengenakan jubah abaya dan niqab yang menutupi sebagian besar wajah, menurut aturan baru Taliban.
Taliban juga menetapkan adanya pemisahan kelas berdasarkan jenis kelamin, atau setidaknya dibagi dengan tirai di ruangan.
Baca juga: Jenderal AS: Afghanistan Mungkin Bakal Jatuh dalam Perang Saudara
Dalam dokumen panjang yang dikeluarkan oleh otoritas pendidikan Taliban, juga memerintahkan agar siswa perempuan hanya diajar oleh perempuan lain. Tetapi jika itu tidak memungkinkan, maka "laki-laki tua" yang berkarakter baik bisa mengisi.
Dekret itu berlaku untuk perguruan tinggi dan universitas swasta, yang telah menjamur sejak pemerintahan pertama Taliban berakhir pada 2001.
Selama periode pemerintahan pertama Taliban itu, anak perempuan dan sebagian besar perempuan dikeluarkan dari pendidikan, karena aturan tentang kelas sesama jenis dan desakan agar mereka harus ditemani oleh kerabat laki-laki setiap kali meninggalkan rumah.
Tidak ada perintah bagi wanita untuk mengenakan burqa dalam peraturan baru yang dikeluarkan Sabtu malam (4/9/2021). Tetapi niqab secara efektif menutupi sebagian besar wajah, hanya menyisakan mata yang terbuka.
Baca juga: Pasukan Perlawanan Afghanistan di Panjshir Klaim Tangkap Ratusan Milisi Taliban
Dalam beberapa tahun terakhir, burqa dan niqab sebagian besar telah menghilang dari jalan-jalan Kabul, tetapi terlihat lebih sering di kota-kota kecil.
Keputusan itu muncul saat universitas swasta bersiap untuk dibuka pada Senin (6/9/2021).
"Universitas diharuskan merekrut guru perempuan untuk siswa perempuan berdasarkan fasilitas mereka," kata keputusan itu melansir AFP.
Aturan baru Taliban juga mengharuskan laki-laki dan perempuan harus menggunakan pintu masuk dan keluar yang terpisah.
Jika tidak mungkin mempekerjakan guru perempuan, maka perguruan tinggi "harus mencoba mempekerjakan guru laki-laki tua yang memiliki catatan perilaku yang baik".
Perempuan Afghanistan sekarang juga harus belajar secara terpisah dari laki-laki. Mereka juga akan mengakhiri pelajaran mereka lima menit lebih awal dari laki-laki, untuk mencegah mereka berbaur di luar.
Mereka kemudian harus tinggal di ruang tunggu sampai rekan pria mereka meninggalkan gedung, menurut dekrit yang dikeluarkan oleh kementerian pendidikan tinggi Taliban.
Baca juga: Viral Curhat Warga Afghanistan Hanya Dapat Secuil Makanan di Pengungsian AS
“Praktiknya, ini adalah rencana yang sulit – kami tidak memiliki cukup instruktur atau kelas perempuan untuk memisahkan para gadis,” kata seorang profesor universitas, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
"Tetapi fakta bahwa mereka mengizinkan anak perempuan bersekolah dan universitas adalah langkah positif yang besar," katanya kepada AFP.
Para penguasa baru Afghanistan telah berjanji untuk lebih akomodatif daripada periode pertama saat mereka berkuasa, yang juga terjadi setelah bertahun-tahun konflik dan pertama setelah invasi Soviet 1979, dan kemudian perang saudara berdarah.
Mereka menjanjikan pemerintahan yang lebih "inklusif" yang mewakili susunan etnis Afghanistan yang kompleks, meskipun perempuan tidak mungkin dimasukkan di tingkat atas.
Baca juga: Taliban Makin Mendesak Pasukan Perlawanan Afghanistan di Lembah Panjshir
Selama 20 tahun terakhir, sejak Taliban berkuasa terakhir, tingkat penerimaan universitas telah meningkat secara dramatis, terutama di kalangan wanita.
Sebelum Taliban kembali dalam kampanye militer kilat, memasuki ibu kota Kabul bulan lalu, wanita belajar bersama pria dan menghadiri seminar dengan profesor pria.
Tetapi rentetan serangan mematikan di pusat-pusat pendidikan dalam beberapa tahun terakhir memicu kepanikan.
Taliban membantah berada di balik serangan itu, beberapa di antaranya diklaim oleh cabang lokal kelompok ISIS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.