Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Perintahkan Wanita Pakai Niqab yang Tutupi Wajah di Universitas

Kompas.com - 06/09/2021, 09:32 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

KABUL, KOMPAS.com - Wanita yang kuliah di universitas swasta Afghanistan harus mengenakan jubah abaya dan niqab yang menutupi sebagian besar wajah, menurut aturan baru Taliban.

Taliban juga menetapkan adanya pemisahan kelas berdasarkan jenis kelamin, atau setidaknya dibagi dengan tirai di ruangan.

Baca juga: Jenderal AS: Afghanistan Mungkin Bakal Jatuh dalam Perang Saudara

Dalam dokumen panjang yang dikeluarkan oleh otoritas pendidikan Taliban, juga memerintahkan agar siswa perempuan hanya diajar oleh perempuan lain. Tetapi jika itu tidak memungkinkan, maka "laki-laki tua" yang berkarakter baik bisa mengisi.

Dekret itu berlaku untuk perguruan tinggi dan universitas swasta, yang telah menjamur sejak pemerintahan pertama Taliban berakhir pada 2001.

Selama periode pemerintahan pertama Taliban itu, anak perempuan dan sebagian besar perempuan dikeluarkan dari pendidikan, karena aturan tentang kelas sesama jenis dan desakan agar mereka harus ditemani oleh kerabat laki-laki setiap kali meninggalkan rumah.

Tidak ada perintah bagi wanita untuk mengenakan burqa dalam peraturan baru yang dikeluarkan Sabtu malam (4/9/2021). Tetapi niqab secara efektif menutupi sebagian besar wajah, hanya menyisakan mata yang terbuka.

Baca juga: Pasukan Perlawanan Afghanistan di Panjshir Klaim Tangkap Ratusan Milisi Taliban

Dalam beberapa tahun terakhir, burqa dan niqab sebagian besar telah menghilang dari jalan-jalan Kabul, tetapi terlihat lebih sering di kota-kota kecil.

Keputusan itu muncul saat universitas swasta bersiap untuk dibuka pada Senin (6/9/2021).

"Universitas diharuskan merekrut guru perempuan untuk siswa perempuan berdasarkan fasilitas mereka," kata keputusan itu melansir AFP.

Aturan baru Taliban juga mengharuskan laki-laki dan perempuan harus menggunakan pintu masuk dan keluar yang terpisah.

Jika tidak mungkin mempekerjakan guru perempuan, maka perguruan tinggi "harus mencoba mempekerjakan guru laki-laki tua yang memiliki catatan perilaku yang baik".

Perempuan Afghanistan sekarang juga harus belajar secara terpisah dari laki-laki. Mereka juga akan mengakhiri pelajaran mereka lima menit lebih awal dari laki-laki, untuk mencegah mereka berbaur di luar.

Mereka kemudian harus tinggal di ruang tunggu sampai rekan pria mereka meninggalkan gedung, menurut dekrit yang dikeluarkan oleh kementerian pendidikan tinggi Taliban.

Baca juga: Viral Curhat Warga Afghanistan Hanya Dapat Secuil Makanan di Pengungsian AS

“Praktiknya, ini adalah rencana yang sulit – kami tidak memiliki cukup instruktur atau kelas perempuan untuk memisahkan para gadis,” kata seorang profesor universitas, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

"Tetapi fakta bahwa mereka mengizinkan anak perempuan bersekolah dan universitas adalah langkah positif yang besar," katanya kepada AFP.

Para penguasa baru Afghanistan telah berjanji untuk lebih akomodatif daripada periode pertama saat mereka berkuasa, yang juga terjadi setelah bertahun-tahun konflik dan pertama setelah invasi Soviet 1979, dan kemudian perang saudara berdarah.

Mereka menjanjikan pemerintahan yang lebih "inklusif" yang mewakili susunan etnis Afghanistan yang kompleks, meskipun perempuan tidak mungkin dimasukkan di tingkat atas.

Baca juga: Taliban Makin Mendesak Pasukan Perlawanan Afghanistan di Lembah Panjshir

Selama 20 tahun terakhir, sejak Taliban berkuasa terakhir, tingkat penerimaan universitas telah meningkat secara dramatis, terutama di kalangan wanita.

Sebelum Taliban kembali dalam kampanye militer kilat, memasuki ibu kota Kabul bulan lalu, wanita belajar bersama pria dan menghadiri seminar dengan profesor pria.

Tetapi rentetan serangan mematikan di pusat-pusat pendidikan dalam beberapa tahun terakhir memicu kepanikan.

Taliban membantah berada di balik serangan itu, beberapa di antaranya diklaim oleh cabang lokal kelompok ISIS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com