WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS Joe Biden mengakhiri 20 tahun kiprah mereka di Afghanistan, seraya memuji kesuksesan evakuasi.
Presiden ke-46 AS itu berada dalam kritikan karena masih meninggalkan 100-200 warga AS, meski telah mengangkut 120.000.
Sorotan menggelayut, seperti mengapa dia tidak meemrintahkan perpanjangan evakuasi, karena pesawatnya bertolak semenit jelang tengah malam pada Senin (30/8/2021).
Baca juga: Joe Biden Umumkan Badai Ida Sebagai Bencana Besar
Padahal, Biden sudah menetapkan Selasa (31/8/2021) sebagai batas waktu evakuasi sekaligus penarikan pasukan AS dari Afghanistan.
Dalam konferensi pers, dia menjelaskan 31 Agustus itu tidak pakem, dan didesain untuk menyelamatkan banyak nyawa.
Dia menerangkan bagi warga AS, tidak ada tenggat waktu dan dia tetap berkomitmen membawa mereka jika ingin keluar.
"Titik beratnya adalah 90 persen mereka yang ingin pergi telah dievakuasi," kata mantan senator Delaware itu.
Dia menekankan "Negeri Uncle Sam" sudah mendapatkan tujuan mereka satu dekade silam. Namun harus bertahan 10 tahun lagi.
Dilansir Sky News, sang presiden menyatakan negara mereka menghadapi tantangan baru di "dunia yang baru".
Baca juga: Ledakan Terbaru Guncang Kabul Setelah Biden Peringatkan Serangan Lanjutan
Dia kembali membela keputusannya terkait penarikan pasukan AS, dengan berkata dirinya "sudah bijak" dengan memerintahkan pemulangan tersebut.
Kepada awak media, dia mengatakan tidak akan kembali mengirim generasi AS untuk berpartisipasi dalam "perang selamanya" itu.
Menepis tudingan oposisi Republik, Joe Biden menegaskan dia melakukan kebijakan yang harusnya dieksekusi beberapa tahun sebelumnya.
"Saya tidak akan memperpanjang perang selamanya ini, maupun meneruskan jalan keluar tak berujung," ujar dia dilansir AFP.
Dia menjabarkan harga yang harus dibayar AS karena konflik selama 20 tahun itu: 2.400 tentara gugur di Afghanistan.
Baca juga: Pemimpin Tertinggi Iran Sebut Biden Serigala Pemangsa Tak Beda dengan Trump
Belum lagi anggaran miliaran dollar AS yang digelontorkan untuk mengirim peralatan, maupun melatih pasukan pemerintah.
Namun, keputusannya berdampak pada kebangkitan milisi Taliban, yang berkuasa setelah merebut Kabul pada 15 Agustus.
"Saya bertanggung jawab atas keputusan ini," paparnya seraya berujar, dia pernah berkomitmen untuk mengakhiri konflik dua dekade itu.
"Pada saat ini, saya telah menghormati komitmen tersebut. Ini waktunya untuk mengungkap kejujuran," tegasnya.
Baca juga: Biden: Serangan Lain di Afghanistan Sangat Mungkin Terjadi dalam 24-36 Jam ke Depan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.