Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin Perlawanan Afghanistan Pilih Mati daripada Menyerah kepada Taliban

Kompas.com - 26/08/2021, 06:25 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

KABUL, KOMPAS.com - Pemimpin gerakan perlawanan terhadap Taliban bersumpah untuk tidak pernah menyerah, tetapi terbuka untuk negosiasi dengan penguasa baru Afghanistan, menurut sebuah wawancara yang diterbitkan oleh Paris Match pada Rabu (25/8/2021).

Ahmad Massoud, putra komandan pemberontak legendaris Afghanistan Ahmad Shah Massoud, mundur ke lembah asalnya Panjshir di utara Kabul, bersama dengan mantan wakil presiden Amrullah Saleh.

Baca juga: POPULER GLOBAL: Taliban Perintahkan Pekerja Wanita Tinggal di Rumah | Ganti Kondom dengan Perekat, Pria Ini Tewas

"Saya lebih suka mati daripada menyerah," kata Massoud kepada filsuf Perancis Bernard-Henri Levy dalam wawancara pertamanya sejak Taliban mengambil alih Kabul.

"Saya putra Ahmad Chah Massoud. Menyerah bukanlah kata dalam kamus saya."

Massoud mengeklaim "ribuan" orang bergabung dengan Front Perlawanan Nasionalnya di lembah Panjshir.

Wilayah itu tidak pernah direbut oleh invasi pasukan Soviet pada 1979 ataupun Taliban selama periode pertama mereka berkuasa dari 1996-2001.

Pada kesempatan yang sama, dia juga memperbarui seruannya untuk meminta dukungan dari para pemimpin asing, termasuk Presiden Perancis Emmanuel Macron.

Massoud menyatakan kegetirannya karena permintaan dukungan senjata dari kelompoknya ditolak, sesaat sebelum jatuhnya Kabul awal bulan ini.

"Saya tidak bisa melupakan kesalahan bersejarah yang dibuat oleh mereka yang saya mintai senjata delapan hari lalu di Kabul," kata Massoud, menurut transkrip wawancara yang diterbitkan dalam bahasa Perancis melansir AFP.

"Mereka menolak. Dan senjata-senjata ini -- artileri, helikopter, tank buatan Amerika -- saat ini berada di tangan Taliban," katanya.

Baca juga: Mantan Menteri Afghanistan Ini Kini Jadi Pengantar Pizza di Jerman

Massoud menambahkan bahwa dia terbuka untuk berbicara dengan Taliban, dan dia menjelaskan garis besar kemungkinan kesepakatan.

"Kita bisa bicara. Dalam semua perang, ada pembicaraan. Dan ayah saya selalu berbicara dengan musuh-musuhnya," katanya.

"Mari kita bayangkan bahwa Taliban setuju menghormati hak-hak perempuan, minoritas, demokrasi, prinsip-prinsip masyarakat terbuka," tambahnya.

"Mengapa tidak mencoba menjelaskan bahwa para pelaku ini akan menguntungkan semua warga Afghanistan, termasuk mereka?”

Ayah Massoud, memiliki hubungan dekat dengan Paris dan Barat, dan dijuluki "Singa Panjshir" karena perannya dalam memerangi pendudukan Soviet di Afghanistan pada 1980-an dan rezim Taliban pada 1990-an.

Dia dibunuh oleh Al-Qaeda dua hari sebelum serangan 11 September 2001 ke gedung kembar Amerika Serikat.

Baca juga: Dari Pengasingan, Mantan Wali Kota Wanita Pertama Afghanistan Janji Perjuangkan Hak-hak Perempuan di Tanah Airnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com