Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Tengah Lonjakan Covid-19, Sri Lanka Mulai Pakai Peti Mati Kardus untuk Makamkan Jasad Korban

Kompas.com - 24/08/2021, 16:23 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

KOLOMBO, KOMPAS.com - Di sebuah pabrik di kota Dehiwala-Mount Lavinia, Sri Lanka, para pekerja menggunakan staples dan lem untuk merakit kotak kardus panjang, yang akan digunakan sebagai peti mati kardus untuk beberapa korban virus corona di negara itu.

“Peti mati itu terbuat dari kertas daur ulang. Harganya hanya seperenam dari peti kayu termurah,” menurut Priyantha Sahabandu (51 tahun), pejabat pemerintah setempat yang pertama kali mengemukakan gagasan itu.

Baca juga: Pemerintah Sri Lanka Tolak Lockdown Saat Kematian karena Covid-19 Rata-rata 100 per Hari

Ketika angka kematian Covid-19 Sri Lanka melonjak, beberapa orang memilih peti mati kardus ini ketika mereka mengkremasi orang yang mereka cintai.

Covid-19 Sri Lanka mencatat angka kematian harian tertinggi pada Jumat (20/8/2021) dengan 198 jiwa, membuat total kematian sejak pandemi mencapai 7.560 orang.

Saat ini, rata-rata sekitar 400 orang meninggal per hari di Sri Lanka karena berbagai penyebab, termasuk Covid-19, kata Sahabandu, anggota dewan kota untuk Dehiwala-Mount Lavinia, sebuah kota di distrik Kolombo.

Menurutnya, untuk membuat 400 peti mati, sekitar 250 hingga 300 pohon harus ditebang. Untuk mencegah kerusakan lingkungan itu, maka dia mengusulkan konsep ini ke komite kesehatan dewan Sri Lanka.

"Dengan merebaknya virus corona, masyarakat kesulitan membayar peti mati kayu yang mahal," katanya kepada Reuters dilansir Selasa (24/8/2021).

Sahabandu menerangkan, setiap peti mati kardus berharga sekitar 4.500 rupee Sri Lanka setara Rp 325.020.

Sementara untuk peti kayu yang paling murah harganya bisa mencapai 30.000 rupee (Rp 2,1 juta). 

Baca juga: Bongkahan Safir Bintang Terbesar di Dunia Ditemukan di Sri Lanka, Ditaksir Nilainya Rp 1,4 Triliun

Peti mati kardus ini pada awalnya sebagian besar digunakan untuk korban Covid-19, tetapi menjadi lebih populer di kalangan mereka yang peduli dengan lingkungan. Peti ini bisa menahan berat hingga 100 kilogram.

Sekitar 350 peti mati kardus telah dikirim sejak awal 2020, dan pabrik sedang mengerjakan 150 peti lagi yang dipesan oleh dewan Sri Lanka.

"Mayoritas orang di negara ini mendukung ini. Masalahnya hari ini adalah pemasoknya. Kami sedang mengusahakannya," kata Sahabandu.

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa akhirnya mengumumkan penguncian total pada Jumat (20/8/2021) selama sepuluh hari, untuk mengekang lonjakan baru dalam kasus Covid-19 Sri Lanka yang didorong oleh penyebaran varian Delta yang sangat menular.

Baca juga: Kapal Kargo Kimia Asal Singapura Tenggelam, Sri Lanka Terancam Bencana Laut Terburuk

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

Global
[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

Global
Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Global
Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Global
Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Global
Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Global
Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Global
India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

Global
Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Global
Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Global
Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Global
Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Global
Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Global
Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Global
Gerakan Tenda Mahasiswa Pro-Palestina dan Paradoks Demokrasi AS

Gerakan Tenda Mahasiswa Pro-Palestina dan Paradoks Demokrasi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com