KABUL, KOMPAS.com - Bintang pop wanita terbesar Afghanistan Aryana Sayeed pada Kamis (19/8/2021) mengonfirmasi pelariannya setelah Taliban mengambil alih ibu kota Kabul.
Bagaimana dirinya--yang sering disebut sebagai Beyonce-nya Afghanistan ini--bisa beruntung dan lolod?
Dilansir NDTV, Sayeed, berhasil melarikan diri dalam kondisi baik-baik saja.
"Saya baik-baik saja dan hidup dan setelah beberapa malam yang tak terlupakan, saya telah mencapai Doha, Qatar, dan menunggu penerbangan terakhir saya kembali ke Istanbul," kata Aryana Sayeed kepada 1,3 juta pengikut Instagram-nya.
Baca juga: Pengungsi Afghanistan Desak UNHCR Segera Lakukan Pemukiman Kembali untuk Mereka
Perempuan 36 tahun yang baru-baru ini membintangi sebagai juri pada acara kompetisi menyanyi di televisi Afghanistan ini, mengaku kepada bahwa dia pergi melalui jet kargo AS.
Penyanyi ini termasuk di antara sedikit yang beruntung karena ekspatriat dari seluruh dunia berjuang untuk menemukan penerbangan ke luar negeri.
"Aryana Sayeed tahun 2015, bernyanyi di stadion, melanggar tiga pantangan: Menyanyi sebagai wanita, tidak berhijab, masuk stadion sebagai wanita, yang dilarang di bawah Taliban. Sekarang, semua itu telah berubah menjadi mimpi," cuit salah satu aktivis hak asasi manusia tentang Sayeed.
Dari Doha, Sayeed melanjutkan ke Turki di mana dia tinggal penuh waktu dengan suaminya Hasib Sayed, seorang produser musik Afghanistan.
"Setelah saya pulang dan pikiran serta emosi saya kembali normal dari dunia yang mengagetkan, saya punya banyak cerita untuk dibagikan kepada Anda," katanya dalam pesan media sosial emosionalnya, lapor New York Post.
Wanita Afghanistan terkemuka lainnya tidak seberuntung itu, termasuk gubernur distrik Hazara, Salima Mazari, yang dilaporkan sudah ditangkap.
Banyak yang takut bahwa Mazari, yang secara terbuka mengkritik kelompok teroris itu, mungkin dieksekusi.
Baca juga: Demo Pengungsi Afghanistan Ricuh, Beberapa Orang Diamankan Polisi
Sementara itu, perempuan di Afghanistan memprotes kelompok teroris, mengungkapkan keprihatinan tentang bagaimana mereka akan diwakili dalam pemerintahan masa depan di negara yang dilanda perang itu.
Sejumlah perempuan yang telah bekerja di lembaga pemerintah dan non-pemerintah berdemonstrasi dan menuntut agar hak-hak mereka dilindungi di pemerintahan mana pun di masa depan.
Perkembangan ini terjadi setelah Taliban mengatakan bahwa mereka telah mulai membahas pembentukan pemerintahan baru.
Baca juga: Indonesia Dorong Perdamaian di Afghanistan Melalui Proses Rekonsiliasi
Taliban dalam konferensi pers pertama mereka setelah menguasai Afghanistan mengatakan bahwa hak-hak perempuan akan "dihormati dengan kerangka hukum Islam."
Meskipun begitu, beberapa jurnalis perempuan di Afghanistan mengatakan bahwa mereka dilarang bekerja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.