KABUL, KOMPAS.com – Saat Taliban dengan cepat menduduki wilayah Afghanistan hingga akhirnya menduduki Kabul, ada sebuah tempat yang bekum ditaklukkan kelompok tersebut. Nama tempat itu adalah Lembah Panjshir.
Terletak di Afghanistan timur, dekat perbatasan Afghanistan-Pakistan, Lembah Panjshir menjadi tempat berkumpulnya orang-orang anti-Taliban dan mereka yang menolak untuk tunduk di bawah kekuasaan Taliban.
Baru-baru ini, putra seorang tokoh anti-Taliban yang terkenal di Afghanistan menyerukan perlawanan terhadap kelompok garis keras tersebut.
Baca juga: Kisah Hidup Wanita Afghanistan di Bawah Pemerintahan Taliban pada 1999
Laki-laki bernama Ahmad Massoud tersebut menyatakan, dia memiliki kekuatan untuk melakukan perlawanan yang efektif menghadapi Taliban.
Ayah Ahmad Massoud bernama Ahmad Shah Massoud yang dikenal dengan julukan Singa Panjshir sebagaimana dilansir AFP.
Ahmad Shah Massoud memimpin perlawanan yang kuat terhadap Taliban dari bentengnya di lembah tersebut. Namun, dia dibunuh Taliban pada 2001.
Kini, Ahmad Massoud menulis op-ed kepada The Washington Post yang berisi permintaan bantuan kepada Amerika Serikat (AS) untuk memasok senjata dan amunisi kepada para milisinya.
"Saya menulis dari Lembah Panjshir hari ini, siap mengikuti jejak ayah saya, dengan para mujahidin yang siap sekali lagi menghadapi Taliban," tulisnya.
Baca juga: Angelina Jolie Bagikan Surat Menyentuh dari Gadis Afghanistan
Terselip di wilayah pegunungan, Lembah Panjshir memiliki sejarah panjang mengenai perlawanan selama 200 tahun.
Pada abad ke-19, ketika wilayah lain di Afghanistan diduduki Inggris, Lembah Panjshir masih perkasa dan tidak tersentuh oleh Inggris ketika mereka berusaha untuk menaklukkan Afghanistan.
Lembah Panjshir, yang jika diterjemahkan secara langsung artinya lima singa, juga terbukti menjadi tempat yang tangguh untuk ditaklukkan Uni Soviet selama invasi mereka di Afghanistan pada 1980-an.
Dalam kurun waktu itu, Uni Soviet menghadapi perlawanan sengit dari para pejuang yang dipimpin oleh Ahmad Shah Massoud.
Selama 10 tahun kecamuk perang di Afghanistan akibat invasi Uni Soviet, Lembah Panjshir tetap tak terkalahkan sebagaimana dilansir TRT World.
Baca juga: Wanita Afghanistan Melahirkan di Tengah Penerbangan, Pesawat AS Mendarat di Jerman
Di sana pula Ahmad Shah Massoud memimpin perlawanannya terhadap Taliban antara 1996-2001, di mana Taliban juga tidak mampu mengambil alih wilayah tersebut.
Selama periode itu Ahmad Shah Massoud menyatukan sejumlah faksi Afganistan yang berbeda lalu menciptakan Aliansi Utara, yang menguasai wilayah utara Afghanistan.
Pada puncaknya, Aliansi Utara menyumbang lebih dari 30 persen populasi negara itu.
Ahnad Shah Massoud dibunuh dua hari sebelum serangan 11 September 2001, yang diduga dilakukan oleh Al Qaeda.
Lembah Panjshir tetap bertahan hingga akhirnya pasukan asing yang dipimpin AS menginvasi Afghanistan lalu menggulingkan Taliban dari tampuk kekuasaan.
Hari ini, perjuangan Ahmad Shah Massoud di Lembah Panjshir diteruskan oleh Ahmad Massoud. Dia kini memimpin perlawanan serupa, melawan Taliban yang kembali berkuasa.
Ahmad Massoud berusaha untuk menggalang orang-orang anti-Taliban dengan membangkitkan kenangan akan ayahnya dan sejarah wilayah tersebut.
Dikelilingi pegunungan tinggi dan dengan pemandangan bentang alam yang indah, lembah tersebut juga memiliki status penting di benak orang-orang di Afghanistan.
Namun, kondisi Lembah Panjshir saat ini, tidak seperti masa-masa sebelumnya, dikepung oleh wilayah yang sudah dikuasai Taliban.
Jika ingin masuk, AS atau Rusia tidak mungkin mulai ikut campur lagi secepat ini.
Baca juga: Taliban Berkuasa, Yahudi Terakhir di Afghanistan Ini Ogah Dievakuasi
Selama masa Aliansi Utara, Iran juga mendukung kelompok di Lembah Panjshir melawan Taliban. Sekarang Teheran telah berdamai dengan Taliban.
Dalam tulisannya, Ahmad Massoud mengaku memiliki gudang amunisi dan senjata yang telah dikumpulkan sejak zaman ayahnya.
“Karena kami tahu hari ini mungkin akan datang,” tulisnya.
Namun, jika Taliban melancarkan serangan militer berskala besar, Ahmad Massoud mengatakan bahwa pasukannya dan logistik yang mereka miliki mungkin tidak akan cukup.
“Mereka akan cepat habis kecuali teman-teman kami di Barat dapat menemukan cara untuk memasok kami tanpa ditunda,” sambung Ahmad Massoud.
Baca juga: Friba Rezayee, Atlet Olimpiade Wanita Pertama Afghanistan: Kita Akan Jadi Kelompok Perlawanan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.