Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zarifa Ghafari, Wali Kota Wanita Pertama Afghanistan, Putus Asa Taliban Akan Membunuhnya

Kompas.com - 20/08/2021, 09:53 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Terakhir, hingga pemerintah Afghanistan sekarang yang jatuh di tangan Taliban, Ghafari adalah direktur Departemen Dukungan Ibu, Korban, dan Tawanan Perang di Kementerian Pertahanan Afghanistan.

Selama 4 bulan di kementerian, dia tidak dibayar karena bantuan internasional telah ditarik.

Baca juga: PBB Mohon Negara Tetangga Afghanistan Tetap Buka Perbatasan: “Biarkan Mereka Melarikan Diri”

Dengan kematian ayahnya, “Saya memimpin keluarga dengan 6 saudara dan ibu saya yang baru saja menjanda. Sebagai yang lebih tua, saya memiliki tanggung jawab untuk memberi makan dan mengatur semua orang. Saya hanya meminjam untuk menjaga keluarga saya.”

Wanita itu kemudian mengungkapkan kondisi tentara Afghanistan yang tidak mendapatkan hak uang mereka.

"Para prajurit yang bertempur di titik yang sangat tinggi di pegunungan tidak menerima uang mereka atas mengorbankan hidup mereka. Saya tidak tahu mengapa semua orang mengharapkan pasukan Afghanistan untuk berperang," ungkapnya.

"Mengapa harus bertarung, di mana harus bertarung, siapa yang harus bertarung? Orang-orang di komunitas internasional yang kami coba untuk berunding, ajak bicara, dan kemudian mereka mendorong kami pergi. Kami tidak dihormati," terangnya.

Semua orang tidak siap saat tiba-tiba Kabul jatuh lagi di tangan Taliban karena ditariknya pasukan asing yang dipimpin AS dengan tergesa-gesa.

“Kami tidak pernah mengira komunitas internasional melakukan ini kepada kami,” ucapnya.

Dia ketakutan, akunya. “Taliban ada di sekitar kota. Mereka membunuh orang, mereka menghancurkan tempat-tempat. Kami semua takut. Ibuku takut. Jika saya kehilangan hidup saya, apa yang akan terjadi pada keluarga saya, tunangan saya? Adikku, dia hanya menangis dan memintaku, tolong kakak, pergilah jika kamu bisa,” ungkapnya.

Baca juga: IMF Jamin Taliban yang Kuasai Afghanistan Tidak dapat Akses Dana Bantuan

Ghafari mengatakan dia bingung dengan masa depannya. Sekali pun jika dia bisa selamat, ia memikirkan bagaimana dengan nasib orang lainnya yang memiliki mimpi untuk hidup bebas sebagai mmanusia.

"Apa jadinya mimpi mereka, apa jadinya kalau mereka tidak bisa lagi sekolah, ke universitas. Bagaimana jika mereka tidak bisa hidup bebas sebagai manusia? Saya sangat sakit hati," ratapnya.

Juru bicara Taliban Suhail Shaheen mengatakan dalam pernyataan kemenangan atas Afghanistan bahwa akan menjamin hidup mantan staf pemerintah, dengan diberikan amnesti atau bahwa para militan akan menghormati hak-hak perempuan dan mengizinkan mereka untuk mendapatkan pendidikan dan bekerja.

Namun Ghafari, tidak percaya dengan janji itu yang kontras dengan pengalaman yang ia rasakan. "Mereka tidak tahu tentang apa itu hak, hak manusia, hak perempuan, hak internasional, hukum, aturan kebijakan," tandasnya.

Dia mengungkapkan saat ini ia tidak bisa pulang lagi. "Itu adalah rumah sewa, tepi itu masih rumah saya, saya bekerja untuk hidup di sana. Saya memiliki kamar tidur saya, barang-barang saya di sana, boneka beruang saya. Saya memiliki segalanya di sana. Saya tidak yakin apakah saya bisa kembali bahkan sekali," ungkapnya.

Pada Maret 2020, Ghafari menerima penghargaan International Woman of Courage dari Departemen Luar Negeri AS. Hari ini dengan kondisi Afghanistan sekarang, dia merasa ditinggalkan oleh orang-orang yang memanjakannya.

“Saya benar-benar tidak ingin apa-apa lagi dari dunia. Mereka hanya mengacaukan segalanya. Saya tidak mengharapkan apa-apa lagi. Jika mereka setidaknya bisa menyelamatkan kami dari kehilangan hak kami, menyelamatkan keuntungan kami selama 20 tahun, tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa,” ucapnya pilu.

Baca juga: 5 Janji Taliban untuk Warga Afghanistan, dari Hak Perempuan hingga Industri Narkoba

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com