Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penembakan Massal Inggris, Pelaku Terindentifikasi Pernah Klaim Dirinya Terminator

Kompas.com - 14/08/2021, 17:23 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

LONDON, KOMPAS.com - Pelaku penembakan massal Inggris yang merenggut nyawa lima orang, termasuk seorang gadis berusia 3 tahun, pernah membandingkan dirinya dengan “Terminator”

Kepolisian mengidentifikasi pelaku di balik pertumpahan darah Kamis (12/8/2021) di Plymouth, yaitu Jake Davison. Pria 22 tahun itu diketahui memiliki obsesi pada senjata.

Dia diyakini pertama kali menembak mati ibunya di rumah keluarga mereka, sebelum melarikan diri dan membunuh seorang gadis berusia 3 tahun, kerabat laki-lakinya dan dua orang lainnya sebelum mengarahkan senjata ke dirinya sendiri, menurut para pejabat.

Dua orang lainnya juga terluka tetapi diperkirakan selamat.

Baca juga: Penembakan di Plymouth Inggris, 6 Orang Termasuk Tersangka Tewas

Polisi mengatakan sedang memeriksa hard drive dan aktivitas online pelaku, termasuk saluran YouTube di mana dia secara teratur mengeluhkan kondisinya sebagai perawan "gemuk” yang belum pernah mencium seorang gadis, menurut banyak laporan Inggris.

Dia juga mengeluh sudah menjadi "semakin jelek" dan "dikalahkan oleh kehidupan". Davison juga dilaporkan berhubungan dengan kelompok “incel” (involuntary celibates), yang berada di balik serangkaian pembunuhan massal yang menghancurkan di AS dan Kanada.

Media sosialnya, sebelum dititip paksa, menunjukkan obsesinya dengan budaya senjata Amerika, dan bahkan mengaku lahir di Phoenix, Arizona, menurut Sun dan Agence France-Presse.

Klaim itu belum diverifikasi, sementara dalam video YouTube-nya dia berbicara menggunakan aksen Inggris barat yang kuat.

Dalam videonys yang diunggah ke Youtube akhir bulan lalu, Davison yang berkemeja bertuliskan Giants, dia membandingkan dirinya dengan figur “mesin pembunuh” yang dimainkan oleh Arnold Schwarzenegger di "The Terminator."

“Seluruh premis dari film Terminator adalah bahwa Anda tahu semuanya dicurangi untuk melawan Anda, tidak ada harapan bagi umat manusia, Anda tahu kita berada di ambang kepunahan, mesin ini adalah mesin pembunuh yang tak terhentikan yang tidak dapat dikalahkan atau diakali. Tetapi umat manusia masih mencoba berjuang sampai akhir, "katanya, menurut Times of London.

"Saya seorang Terminator."

Baca juga: Raja Belanda: Penembakan Reporter Peter R de Vries Serangan terhadap Demokrasi

Menggunakan nama Profesor Waffle, YouTube Davison juga menunjukkan gambarnya berolahraga dan pengakuannya menggunakan steroid, menurut tulis surat kabar Inggris itu.

Pembantaian yang dilakukannya merupakan penembakan massal terburuk di Inggris sejak 2010. Saat itu, sopir taksi Derrick Bird menembak mati 12 orang dan melukai 11 lainnya sebelum bunuh diri di Copeland, Cumbria.

Kepala Polisi Devon dan Cornwall Polisi Shaun Sawyer mengatakan tidak menemukan motif kekejaman dalam kasus minggu ini. Mereka juga tidak mempertimbangkan sebagai aksi terorisme atau asosiasi sayap kanan.

"Kami yakin kami memiliki insiden yang berhubungan dengan rumah tangga, yang tumpah ke jalan dan mengakibatkan beberapa orang di Plymouth kehilangan nyawa mereka dalam keadaan yang sangat tragis," kata Sawyer kepada wartawan, Jumat (13/2021) melansir New York Post.

Davison dilaporkan berpakaian serba hitam dan menggunakan senapan saat mengamuk di sebuah rumahnya sekitar pukul 6 sore pada Kamis (12/8/2021).

Dia pertama kali menembak mati seorang wanita berusia 51 tahun yang "dikenal" olehnya, yang diidentifikasi The Sun sebagai ibunya, Maxine. Menurut outlet itu, ibunya telah berusaha mati-matian untuk memberinya perawatan kesehatan mental.

Dia kemudian berlari keluar dan segera menembak mati gadis berusia 3 tahun bersama dengan kerabat laki-lakinya yang berusia 43 tahun, yang diidentifikasi dalam beberapa laporan sebagai ayahnya. Tidak jelas apakah pelaku mengenal ayah dan putrinya tersebut.

Davison juga menembak dua orang yang lewat, yang terluka parah, sebelum dia memasuki taman dan menembak mati seorang pria berusia 59 tahun, dan seorang wanita berusia 66 tahun, yang kemudian meninggal di rumah sakit, menurut laporan polisi.

Dia kemudian mengarahkan pistol ke dirinya sendiri sebelum petugas senjata api bisa menanganinya.

Menurut kepolisian, penembakan mematikan itu berakhir dalam waktu kurang dari enam menit tetapi tersebar di 13 TKP yang berbeda.

Baca juga: Hari Kemerdekaan ke-245 AS Diwarnai Aksi Penembakan yang Tewaskan 142 Orang di Jalanan

Penembakan massal jarang terjadi di Inggris, di mana kepemilikan senjata relatif rendah setelah aturan pengendalian senjata terberat di dunia Barat diterapkan setelah pembantaian 1996 terhadap 16 murid dan seorang guru tewas di Dunblane, Skotlandia.

Namun, kepemilikan senjata untuk keperluan olahraga menembak diperbolehkan, namun tunduk pada aturan lisensi yang ketat. Polisi menegaskan bahwa Davison memiliki lisensi tersebut. Tapi, mereka tidak mengonfirmasi apakah itu untuk senjata yang digunakan Kamis (12/8/2021).

Sebuah “tinjauan independen” akan melihat bagaimana dia mendapatkan senjatanyanya, dan apakah pria bersenjata itu memiliki masalah kesehatan mental.

Plymouth Sutton dan anggota parlemen Devonport Luke Pollard menyebut kejahatannya sevbagai "sangat mengerikan, dna mengaku "benar-benar hancur" mengetahui salah satu dari mereka yang terbunuh adalah seorang anak.

Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan “turut berduka bersama teman dan keluarga mereka yang kehilangan nyawa dan semua yang terkena dampak insiden tragis di Plymouth.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com