Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Greenpeace Peringatkan Suhu Berbahaya untuk Sejumlah Kota Asia Timur

Kompas.com - 06/08/2021, 12:44 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Al Jazeera

TOKYO, KOMPAS.com - Suhu terik saat ini lebih sering terjadi di kota-kota di seluruh Asia Timur.

Hal ini dianalisis Greenpeace Asia Timur, yang menemukan bahwa kedatangan awal cuaca panas, dapat memiliki efek parah pada kehidupan masyarakat, serta pertanian.

Dilansir Al Jazeera, para peneliti menganalisis data suhu untuk 57 kota di seluruh daratan Cina, Korea, dan Jepang.

Mereka menemukan bahwa cuaca panas tiba lebih awal di lebih dari 80 persen kota yang diteliti.

Baca juga: Greenpeace: 57 Kota di Asia Timur dalam Peringatan Cuaca Panas Ekstrem dengan Frekuensi Tinggi

“Selama dua minggu terakhir kami telah melihat beberapa atlet Olimpiade pingsan karena serangan panas," kata manajer proyek urgensi iklim Greenpeace Asia Timur, Mikyoung Kim.

"Awal musim panas ini, suhu ekstrem di Guangdong, China memaksa pabrik-pabrik tutup, dan di Korea ratusan ribu ternak dilaporkan mati karena gelombang panas,” tambahnya.

Greenpeace, yang merilis temuannya pada hari Kamis (5/7/2021) mengatakan, peristiwa panas ekstrem itu “bukan kebetulan”, melainkan konsisten dengan perubahan iklim di kawasan itu.

“Suhu yang berbahaya hanya akan semakin sering terjadi kecuali pemerintah beralih dari bahan bakar fosil yang mencemari ke sumber energi yang lebih bersih, termasuk angin dan matahari,” kata Kim.

Baca juga: Tips Menjaga Hewan Peliharaan Tetap Sejuk Selama Cuaca Panas

Efek panas ekstrem terlihat di tempat lain di dunia dalam beberapa hari terakhir, dengan kebakaran hutan yang melanda Turki, Yunani, dan bagian lain Eropa selatan.

Sebuah studi yang diterbitkan minggu lalu menemukan “lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnya” dalam bencana terkait iklim.

Ini termasuk gelombang panas yang memecahkan rekor dan kebakaran hutan di Australia dan Amerika Serikat.

Para ilmuwan memperingatkan bahwa beberapa titik kritis tentang perubahan iklim sekarang sudah dekat.

Studi terbaru Greenpeace mencakup 28 kota di China, 21 di Jepang dan delapan di Korea.

Di 24 dari 28 kota di China yang diteliti, hari panas pertama tahun ini, diukur pada 30C (86F) atau lebih tinggi, tiba lebih awal untuk periode 2001-2020 dibandingkan dengan 20 tahun sebelumnya.

Baca juga: Menghadapi Cuaca Panas agar Tidak Terkena Heat Stroke

Di kota Shanghai China, hari panas pertama tiba 12 hari lebih awal, sedangkan di Beijing tiba rata-rata 4,7 hari lebih awal.

Di Tokyo dan Seoul, hari panas pertama tahun ini juga tiba rata-rata 11 hari lebih awal selama periode 2001-2020 dibandingkan dengan 20 tahun sebelumnya, kata laporan itu.

Sementara itu, kota Sapporo di Jepang bergeser 23 hari ke depan, dan jadi yang paling awal dari semua kota yang dicakup dalam penelitian ini.

Di Korea Selatan, kota Gwangju mengalami perubahan paling dramatis, dengan hari panas pertama tiba 12,7 hari lebih awal untuk periode 2001-2020 dibandingkan dengan baseline.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com