Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diduga Menipu, Pengacara Australia Ditangkap untuk Ketiga Kalinya di Papua Nugini

Kompas.com - 30/07/2021, 08:04 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Guardian

PORT MORESBY, KOMPAS.com - Seorang pengacara Australia telah ditangkap untuk ketiga kalinya di Papua Nugini atas dugaan penyalahgunaan 268 juta kina atau sekitar 104 juta dollar Australia.

Dilansir Guardian, uang diambil dari dana perwalian yang terkait dengan tambang Ok Tedi yang kontroversial.

Dia ditangkap bersama tiga orang lainnya.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 di Papua Nugini Baru Capai 0,6 Persen untuk Dosis Pertama

Greg Sheppard, mantan jaksa mahkota Queensland, sebelumnya telah didakwa dengan delapan tuduhan pelanggaran keuangan, termasuk pencucian uang.

Dia ditangkap dan ditebus pada bulan Januari dan Juni lalu.

Edna Oai, Annie Smerewai dan Boston Kassiman, semuanya adalah direktur Ok Tedi Fly River Development Foundation Limited (OTFRDF), juga telah ditangkap dan didakwa dengan 15 dakwaan kejahatan keuangan, termasuk penyelewengan dan kepura-puraan.

Polisi pada Rabu (28/7/2021), menggambarkan tuduhan itu.

Jika terbukti, ini akan jadi "satu penipuan terbesar yang pernah diselidiki oleh polisi dalam sejarah Royal Papua Nugini Constabulary".

Polisi masih berusaha menangkap dan mendakwa CEO, Samson Jubi, dan lainnya.

Baca juga: Minat Belajar Tinggi, Bahasa Indonesia Disiarkan di Radio Papua Nugini

Pada Januari, firma hukum Sheppard, Young & Williams Lawyers, dan dewan dana perwalian, menolak tuduhan terhadapnya karena dinilai "bermotivasi politik".

Ini juga disebut semacam "upaya melanggar hukum oleh kekuatan kuat di PNG" untuk tetap mengontrol uang yang ditujukan untuk komunitas yang terkena dampak polusi tambang

Seorang juru bicara firma hukum Sheppard mengatakan bahwa "semua transaksi telah sesuai dengan perintah pengadilan PNG".

Pada Rabu, komisaris polisi, David Manning, membantah bahwa penyelidikan itu bermotif politik.

"Fakta bahwa dana yang signifikan diduga telah dikeluarkan oleh 'wali' tanpa manfaat nyata bagi 'penerima manfaat' harus dengan lantang berbicara sendiri," katanya.

Baca juga: Bakal Bangun Kasino Pertama di Negaranya, Papua Nugini Tuai Kontroversi

Polisi menuduh 268 juta kina itu disalahgunakan dari dana perwalian Perjanjian Kelanjutan Tambang Masyarakat Dividen Rakyat Provinsi Barat (WPPD CMCA) dan dibayarkan secara tidak semestinya ke rekening Yayasan Pengembangan Sungai Ok Tedi Fly dan firma hukum Sheppard.

Dana perwalian didirikan dengan keuntungan dari tambang tembaga dan emas Ok Tedi untuk mendanai proyek-proyek pembangunan, seperti jalan, sekolah dan klinik kesehatan untuk desa-desa di Provinsi Barat yang terkena dampak tambang.

Tetapi selama bertahun-tahun, penduduk desa-desa itu, juga politisi di Port Moresby, mengeluh bahwa tidak ada uang yang pernah mencapai Provinsi Barat, yang tetap menjadi salah satu daerah paling miskin di negara itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com